"Saya ajak masyarakat Indonesia sebelum nonton film dari luar, nonton film Indonesia. Ayo nonton film Indonesia!" tutur Presiden Jokowi dalam sambutan di Istana Merdeka, Jl Veteran, Jakarta Pusat, Senin (30/3/2015).
Setelah seremoni-seremoni pemberian apresiasi kepada para sineas berprestasi, Presiden Jokowi nonton bareng sebuah film karya anak bangsa. Film itu bertajuk 'Cahaya dari Timur: Beta Maluku'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akhirnya dia memilih untuk melatih sepak bola, agar anak-anak remaja di Tulehu dan Passo tak terlibat konflik. Rupanya upayanya berbuah manis selain membawa tim U-15 Maluku menjadi juara, kedua wilayah yang tadinya berkonflik pun menjadi satu.
Film ini berdasarkan kisah nyata sehingga tak ada nuansa propaganda politik praktis. Tetapi bersamaan dengan pergelaran tadi malam, ada peristiwa perebutan Ruang Fraksi Golkar DPR RI.
Tergambar pula dalam film ketika tim U-15 yang beranggotakan Salim, Syukur, dan Jago Fisky awalnya saling bertengkar. Mereka pun kerap kalah di awal kompetisi karena saling ingin menonjolkan daerah dan agama masing-masing.
Kondisi ini sedikit mirip dengan kondisi politik Tanah Air yang masih tersisa opini-opini Pemilu. Perpecahan pun terjadi di Partai Golkar dan PPP karena ada pihak yang ingin dukung pemerintah dan ingin oposisi bersama Koalisi Merah Putih.
Sebelumnya sempat pula ada perebutan kekuasaan di legislatif hingga pada pemilihan alat kelengkapan dewan. Semua ingin menonjolkan kelompok masing-masing dengan menduduki pucuk pimpinan.
Belum lagi memanasnya suhu politik antara Pemprov DKI Jakarta dengan DPRD terkait masalah anggaran. Layaknya penonton sepak bola, sejumlah masyarakat pun ada yang ikut-ikutan bersorak dan perang opini.
Pada film yang diputar semalam, tokoh Sani berhasil mempersatukan perpecahan dengan jargon: Beta Maluku. Kemudian perlahan tapi pasti tim itu memenangi pertandingan dan mancapai final.
Mungkin perlu pula ada figur 'Sani' di kancah politik nasional Indonesia. Sehingga hanya ada satu identitas yang melekat, tak memandang partai.
Jika tim yang dibawa Sani mampu menjadi juara setelah bersatu, dapatkah Indonesia menjadi negara maju setelah melakukan hal yang sama?
(bpn/ndr)