Ini Pesan Ceu Popong untuk Kader Golkar yang Sedang Berebut Fraksi

Ini Pesan Ceu Popong untuk Kader Golkar yang Sedang Berebut Fraksi

- detikNews
Kamis, 26 Mar 2015 11:33 WIB
Jakarta - Konflik dualisme kepengurusan DPP Golkar menjadi keprihatinan banyak pihak, termasuk kader-kader di DPR. Salah satunya anggota DPR tertua dari Fraksi Golkar, Popong Otje Djundjunan. Politikus yang akrab disapa Ceu Popong itu geram dan mengajak pengurus 'Pohon Berigin' tak larut dalam konflik.

"Saya mah terus terang, imbauan saya untuk semua kader Golkar yang perempuan, laki-laki, nini-nini, aki-aki, budak, coba renung kembali Golkar didirikan untuk apa? Bukan untuk berantem!" ujar Ceu Popong kepada detikcom, Kamis (26/3/2015).

"Golkar didirikan untuk membentengi Pancasila dari komunis, untuk berkarya. Ngarana oge (namanya juga -red) Golongan Karya, kalau berantem seperti ini pasti terganggu berkaryanya," imbuh‎ politisi asal tanah Parahyangan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

‎Ceu Popong menduga ada pihak yang sengaja mengobok-obok Partai Golkar sehingga terjadilah konflik seperti saat ini, 'perang saudara' antar dua kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono. Begitu juga menurutnya terjadi dengan kasus dualisme kepengurusan PPP.

"Kita harus waspada! Tapi untuk Ceu Popong pribadieun mah carana kita tetap bekerja dengan baik. Saya imbau sok ayeuna mah (sekarang -red) tetep digawe (kerja -red). Komisi I do the best di komisi I, komisi X juga begitu. Emang mau apa (dengan berkonflik)?" ucap anggota komisi X DPR itu.

Ceu Popong tak mau ikut-ikutan dianggap sebagai kubu Agung Laksono atau Aburizal Bakrie, baginya yang terpenting bekerja maksimal sebagai anggota DPR. Menjalankan prinsip karya kekaryaan yang jadi jargon partainya bernaung.

"Saya tak katakan (salah satu kubu) yang benar. Saya mah bukan ahli hukum, teu ngarti (nggak ngerti -red). Beda jeung Yusril atau ahli hukum lain, atau menteri, mereka pasti ahli hukum," imbuh pimpinan sidang paripurna DPR perdana 2014-2019.

"Jadi sekarang mah kerja dengan baik sebagai anggota DPR. Masa kita terus sampai akhirnya terombang-ambing, mau rapat saja bingung dientong-entong (larang -red)," ujar perempuan berusia 76 tahun ini.

(iqb/trq)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads