Pantauan detikcom, (25/3/2015) bangunan tersebut memiliki satu lantai dengan warna cat krem. Secara sepintas dari jauh, gedung peninggalan zaman kolonial Belanda tersebut terkesan kumuh. Selain atap plafon yang bolong dan tembok ditumbuhi lumut, kaca yang berada di kusen pintu pun sudah pecah.
"Kelelawar ini sebenarnya dari dulu memang sudah ada, tapi kondisinya makin parah ketika selesai dipugar bagian atapnya pada tahun 2005," ujar Muksin pengawas kebersihan Gedung Juang 45 saat berbincang dengan detikcom di bangunan yang beralamat di Jl Hasanudin No 5, Tambun, Kabupaten Bekasi itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kenyataannya bukan mengusir justru menimbulkan masalah baru, atap-atap yang diganti justru malah tidak kuat. Kurang dari setahun sudah pada bolong semua, alhasil kalau hujan turun pasti lantai di atas banjir," tutur Muksin.
Muksin mengatakan selain membuat kotor dan kumuh gedung, kotoran kelelawar yang bersarang di atas gedung menimbulkan aroma tidak sedap. Apalagi jika musim hujan tiba.
"Kalau hujan begini pasti bau. Soalnya ada ratusan kelawar yang bersarang di atas setiap hari membuat kotor lantai terlebih kalau banjir kotorannya pasti terbawa ke lantai bawah," tuturnya.
Muksin sendiri hanya mengetahui sedikit sejarah dari Gedung Juang 45. Bangunan tersebut diketahui telah berdiri semenjak 1910.
"Kalau bangunan utama, saya pernah ngobrol pengawas gedung sekarang sudah dipindah ke bagian Satpol PP, ini gedung utama dibangun tahun 1915," katanya.
(edo/fdn)