Terus Berkurang Drastis, Hutan Indonesia Jadi Sorotan Dunia

Terus Berkurang Drastis, Hutan Indonesia Jadi Sorotan Dunia

- detikNews
Sabtu, 21 Mar 2015 12:22 WIB
Ilustrasi
Jakarta - Indonesia kini menjadi salah satu negara dengan tingkat deforestasi (berkurangnya luas hutan) tertinggi di dunia, sekitar 680 ribu hektare per tahun. Pembukaan dan pembakaran lahan mengakibatkan Indonesia kehilangan keanekaragaman hayati yang cukup besar dan menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca tertinggi ketiga di dunia.

Hal ini disampaikan pejabat Food and Agriculture Organization (FAO) PBB. Memasuki hari Hutan Internasional yang jatuh pada hari ini, dunia menaruh perhatian pada tingkat deforestasi dan degradasi lahan Indonesia yang cukup mengkhawatirkan. Setengah dari daratan di Indonesia adalah hutan, dan menjadi salah satu hutan tropis terpenting di dunia yang signifikan mensuplai oksigen dalam jumlah besar untuk Bumi, dan berperan besar terhadap perubahan iklim.

"Tidak mungkin kita dapat memenangkan perang melawan perubahan iklim tanpa melipatgandakan upaya kita untuk mengurangi deforestasi di Indonesia," kata Kepala Perwakilan FAO di Indonesia, Mark Smulders, dalam siaran persnya, Sabtu (21/3/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun 2009 lalu, pemerintah Indonesia berjanji mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen secara mandiri dan 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menegaskan kembali janji ini dalam sebuah pertemuan dengan pejabat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bersama perwakilan lembaga internasional.

Deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia menyangkut berbagai masalah yang saling terkait, perampasan dan penguasaan hutan, kebakaran hutan, peladangan berpindah, pembalakan liar, perdagangan hasil hutan ilegal dan kemiskinan. Pendekatan komprehensif dan berkesinambungan dibutuhkan untuk melestarikan hutan dan mengatasi degradasi lahan serta erosi keanekaragaman hayati Indonesia.

Pendekatan ini juga mencakup perlindungan pada daerah pesisir, mengurangi laju perubahan iklim dan menyediakan kebutuhan dasar bagi kehidupan jutaan orang. Baru-baru ini FAO setuju untuk memberi bantuan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa tenaga ahli dan pendanaan untuk memperkuat KPH (Kesatuan Pemangku Hutan).

FAO juga menilai Indonesia menghadapi tantangan yang luar biasa untuk menjamin ketahanan pangan bagi populasi yang meningkat dengan cepat, sambil tetap mengelola kekayaan sumber daya alam untuk generasi mendatang. Keseimbangan dari seluruh sektor produktif harus dipertahankan dengan baik.

FAO telah mengembangkan sebuah pendekatan yang disebut Climate Smart Agriculture, Forestry and Fisheries (Pemberdayaan Pertanian, Kehutanan dan Perikanan yang Bijak). Pendekatan ini menggabungkan upaya peningkatan produktivitas dengan mengadaptasi perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah kaca.

Beberapa tahun belakangan ini, FAO telah memberi pelatihan kepada pegawai negeri dan petani di Kalimantan Tengah agar bisa menerapkan CSA, di antaranya untuk mencegah kebakaran hutan. Ke depan FAO bekerja sama dengan institusi pemerintah dan lembaga pembangunan lain untuk memberi bantuan teknis di tiga daerah dataran tinggi di pulau Jawa dalam mengatasi degradasi lahan, mitigasi perubahan iklim dan pengelolaan hutan yang berkesinambungan.

Praktek pertanian di daerah tersebut banyak mengakibatkan deforestasi dan degradasi lahan. FAO berkomiten untuk terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia, masyarakat sipil, sektor swasta dan lembaga pembangunan lain untuk mencegah Indonesia kehilangan hutan tropis lebih banyak lagi. FAO juga akan membantu pemerintah Indonesia dalam pengelolaan sumber daya alam dengan prinsip-prinsip berkesinambungan dan memperkuat ketahanan Indonesia menghadapi perubahan iklim.

(vid/gah)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads