Iti lahir di Lebak, Banten pada 4 Oktober 1978. Anak mantan Bupati Lebak Mulyadi Jayabaya ini memulai karier politiknya menjadi anggota DPR RI 2009 dari Partai Demokrat. Saat menjadi anggota Dewan, ia duduk di komisi IV yang membidangi urusan pertanian, perkebunan, kehutanan, kelautan, perikanan, dan pangan.
Tahun 2013, Iti bersama Ade Sumardi (Ide) maju bertarung di Pilkada Lebak melawan 2 calon lainnya. Ia berhasil menang di 2 putaran Pilkada dan dilantik sebagai Bupati Lebak pada Januari 2014. Pilkada itu diwarnai kasus dugaan suap kepada mantan ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar yang dilakukan oleh lawannya, Amir Hamzah dan Kasmin. Pada Oktober 2014, Iti dipanggil KPK terkait kasus tersebut. Dia juga sempat bersaksi di pengadilan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita udah ajuin buat CSR bahkan kayak ngemis ngemis loh. Siapa yang mau bantu Lebak? Siapa yang bantu? Kami nggak mampu APBD kami hanya 2.1 triliun," kata Iti dengan suara tinggi.
Kini, Iti disoroti karena jembatan roboh di daerah yang dipimpinnya. Jembatan penghubung desa Tambak dan desa Pejagan itu roboh saat dilalui 46 orang yang sebagian besar adalah siswa SD. Setelah jembatan roboh, Iti langsung mendatangi lokasi kejadian untuk melihat kondisi korban. Namun, menurut Iti jembatan itu roboh karena kelebihan muatan.
"Saya sampaikan, jembatan kalau ditumpangi banyak orang kan bebannya berat. Ini kemarin jembatannya sudah tua dilalui 46 orang. Misal anak SD 30 kg aja 1 nya, kondisi bersamaan ada berapa ton? Belum lagi ada kendaraan. Harusnya bergantian. Kadang anak itu bukan hanya menyeberang, tapi jembatannya digoyang-goyang, mengakibatkan kecelakaan," ucap alumni S 2 Fak. Ekonomi Pascasarjana Usakti Jakarta ini.
Akibat ucapan ini, wanita berumur 36 tahun ini disorot di media sosial. Banyak yang menyayangkan pernyataannya.
"Emang nggak punya hati penguasa itu," kata Erwin di akun twitternya @ERWINMADMORON.
Tak hanya menyalahkan warga, Iti juga menyalahkan Pemprov Banten dan pemerintah pusat yang dinilainya baru berbondong-bondong datang saat Lebak dilanda musibah. Ia beralasan tak memperbaiki jembatan tersebut karena kedua desa tersebut termasuk jembatan itu terkena rencana pembangunan waduk Karian yang menjadi proyek pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya mengurusi pembebasan lahannya saja.
"Saya bilang proyek ini (waduk Karian) proyek nasional tapi sasaran tembaknya selalu kita Pemda. Kan negosiasi Pemda dan masyarakat, jangan selalu Pemda dipojokkan. Saya tiap tahun selalu memberikan laporan existing kepada pemerintah provinsi. Tapi mana responsnya? Ketika ada bencana baru berduyun duyun ke sini," ujarnya dengan nada tinggi dan wajah memerah.
Ia menjelaskan bahwa untuk perbaikan jembatan, Pemda Lebak menganggarkan Rp 4 miliar. Menurutnya, jika proyek waduk Karian berjalan dan jembatan tersebut dibongkar, maka anggaran Rp 4 miliar itu akan mubazir. Ia memilih menganggarkan dana tersebut untuk perbaikan jembatan lainnya.
"Ya karena ini masuk wilayah waduk karian dan ini tanahnya sudah dibebaskan. Misal tahun ini action waduk dibangun maka akan mubazir Rp 4 miliar," ucapnya.
Namun, Iti sudah menggelontorkan dana Rp 200 juta dari Bantuan Tak Terduga (BTT) APBD Lebak untuk memperbaiki jembatan yang roboh. Jembatan itu diperbaiki agar bisa digunakan warga untuk menyeberang selama waduk Karian dibebaskan lahannya. Jembatan ini ia targetkan bisa selesai dalam waktu 1 bulan.
"Kita alokasikan dari BTT (bantuan tak terduga) sebanyak Rp 200 juta untuk penanganan sampai ini tergenang jadi waduk. Jadi prediksinya untuk 2-3 tahun. Dan antisipasi juga dari masyarakat, motor kalau lewat ya bergantian," ucap Iti.
(bil/mad)