Cerita Siswa SDN 1 Pejagan yang Trauma Pasca Terjatuh dari Jembatan Roboh

Cerita Siswa SDN 1 Pejagan yang Trauma Pasca Terjatuh dari Jembatan Roboh

- detikNews
Selasa, 17 Mar 2015 06:15 WIB
Jakarta - Sebanyak 44 siswa terjatuh ke sungai saat peristiwa jembatan gantung di desa Pejagan, Lebak Banten roboh. Meski secara fisik tak luka, namun peristiwa itu menimbulkan trauma bagi siswa.

Senin (16/3/2015) kemarin Idi Saputra (12) yang tinggal di desa Tambak, kecamatan Cimarga, Lebak, Banten disapa oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan di sekolahnya, SDN 1 Pejagan, Lebak. Banten. Dengan malu-malu ia nampak tertunduk saat menjawab beberapa pertanyaan Anies.

Idi adalah salah satu dari 44 siswa yang terjatuh saat jembatan roboh. Ia melihat bagaimana jembatan itu roboh dan membuatnya bersama teman-teman lain terjatuh ke sungai Ciberang yang dalamnya sampai 5 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia bersyukur karena berhasil diselamatkan padahal tak tahu berenang. Meski berhasil selamat namun ia mengalami luka di bagian kepala yang terbentur dengan rakit bambu yang berada di tepi sungai. Ia sering sakit kepala sejak kejadian tersebut.

"Kepalanya jadi sering sakit," ucapnya sambil memegang pelipis kepala sebelah kanannya.

Jauhnya rumah dari pusat kota Rangkas Bitung membuat Idi akhirnya hanya dilarikan ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan perawatan. Peristiwa itu tak hanya memberi sakit di kepala namun juga trauma dengan jembatan.

Siswa kelas 6 SD 1 Pejagan Lebak itu mengaku tak berani lagi naik jembatan karena insiden jembatan roboh yang begitu melekat di kepalanya.

"Takut lewat jembatan lagi," ujar Idi saat bercerita pada detikcom di sela-sela kunjungan Menteri Anies, kemarin.

Ia boleh senang karena kini untuk menyeberang sungai,โ€Žsementara menggunakan perahu karet milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak. Menurutnya, perahu karet itu lebih aman daripada jembatan gantung yang sudah berpuluh-puluh tahun hadir di desanya.

"Lebih enak naik perahu," ujarnya.

Selain Herman dan Idi di kelas itu juga ada Asniah yang ikut menjadi korban jembatan itu. Meski sudah menyelamatkan diri dengan berenang, Asniah toh sempat pingsan karena terjatuh dari ketinggian 15 meter dan terhempas menghantam air sungai.

Saat itu ia langsung diselamatkan warga sebelum terbawa arus lebih jauh. Kecelakaan itu membuat beberapa bagian badan Asniah lebam.

"Lehernya yang sakit dengan kaki biru-biru," ucap Asniah.

Siswi yang bercita-cita jadi ustadzah itu terbiasa berangkat dari rumahnya di salah satu kampung di Desa Tambak sekitar pukul 06.00 WIB. Ia bersama teman-temannya sama sekali tak firasat apa-apa pada jembatan yang sudah ada sejak 1991 itu. Asniah mengaku ia dan teman-temannya sudah terbiasa berjalan jauh dan menyeberang sungai tanpa harus diantar orang tua. Orang tua mereka hanya mengantar sampai pintu rumah dan selanjutnya bersiap untuk berkebun.

Asniah dan teman-temannya yang menjadi korban bisa jadi masih memiliki trauma dengan jembatan gantung. Bantuan perahu karet dinilai bisa membantu menghilangkan ketakukan itu. Ia hanya berharap jembatan yang baru nantinya bisa lebih kokoh sehingga tak akan roboh lagi.

"Semoga jembatan baru nanti lebih bagus," ujar Asniah sambil tersenyum.


(bil/kha)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads