Seperti dilansir AFP, Senin (16/3/2015), kedua gereja yang berjarak setengah kilometer itu, sama-sama berada di kota Youhanabad, yang dihuni lebih dari 100 ribu warga Kristen di Pakistan. Serangan bom bunuh diri terjadi pada Minggu (15/3) pagi ketika tengah digelar kebaktian.
"Kami menerima 14 jasad dan 70 korban luka-luka," tutur direktur Rumah Sakit Umum setempat, dokter Mohammad Saeed Sohbin kepada AFP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah serangan itu, sekitar 4 ribu warga turun ke jalanan dengan bersenjatakan tongkat. Mereka merusak kendaraan dan menyerang halte bus setempat. Aksi semacam itu tergolong jarang terjadi dari warga minoritas Pakistan.
Sementara itu, seorang saksi mata Jacob David menuturkan bagaimana orang-orang berupaya keras menyelamatkan diri saat serangan bom terjadi. Menurut David, orang-orang berusaha menyelamatkan diri dengan melompat lewat jendela.
"Terjadi ledakan besar, secara berurutan. Orang-orang berlarian ke sana kemari, beberapa orang melompat keluar setelah memecahkan kaca jendela," tutur David yang berusia 55 tahun ini kepada AFP.
Juru bicara kepolisian setempat, Nabila Ghazanfar menyebutkan, dua polisi yang mengawal gereja-gereja itu ikut tewas akibat serangan bom. Sedangkan dua orang lainnya, diduga militan setempat, tewas dipukuli oleh warga.
"Polisi yang sedang bertugas di kedua gereja, berusaha menghentikan pelaku, tapi pelaku berhasil meledakkan diri," ucapnya kepada AFP.
"Warga yang marah menggelar unjuk rasa usai ledakan, dan memukuli dua orang hingga tewas, yang mereka yakini terkait dengan pelaku serangan," imbuhnya.
Seorang fotografer AFP melihat dua jasad pria terduga militan yang hangus terbakar usai dipukuli.
Secara terpisah, pecahan kelompok Taliban Pakistan, Jamaat-ul-Ahrar mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom ini. Mereka menyebutnya sebagai serangan bunuh diri dan bersumpah akan terus melanjutkan kampanye mereka untuk penerapan hukum syariat Islam di Pakistan.
(nvc/ita)