"Pembangunan tata kota di DKI 30-40 tahun ke belakang sangat semrawut. Hutan kota diganti hutan beton, sungai diganti pemukiman, kali dipenuhi PKL. Semuanya menunjukkan bagaimana kerusakan dari alam kita ini," kata Djarot.
Hal itu disampaikan dalam sambutan acara Ulang Tahun Suara Pembaharuan bertema Green and Culture di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Minggu (15/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sadar bahwa DKI wilayah yang berdiri di tengah-tengah. Dari hulu ada Depok, Puncak dan seterusnya. Seluruh sungai di Jakarta berasal dari Jawa Barat," ujar mantan walikota Blitar itu.
"Dari hulu sampai hilir ada seratusan Km air mengalir di situ. Apabila ada hujan deras, di Jakarta akan banjir, sungai-sungai kita mulai mengecil, kemudian terjadi global warming di mana air laut makin naik dan terjadi rob," imbuhnya.
Akibatnya, selain banjir yang mengapung Jakarta dari sungai-sungai yang meluap kala hujan, juga rob yang dalam waktu dekat bisa menenggelamkan Jakarta dari sisi utara dan barat. Terlebih kata Djarot, tanah DKI mengalami penurunan 4-6 cm.
"Saya hanya berpikir 20 ke depan, kalau kondisi ini kita biarkan kita tidak tahu seperti Jakarta. Karena itu betul yang bikin rusak adalah kita semua, para manusia yang punya keserakahan tiada batas untuk merusak alam," ucapnya.
"Mari kita jaga lingkungan kita, kali kita, sungai kita. Kami semua mengajak, Jakarta milik kita semua dan hanya bisa diselesaikan apabila kita bersatu pagu punya persepsi yang sama betapa penting lingkungan hidup untuk generasi yang akan datang," ajaknya.
(bal/mpr)