Kala Demam Akik Melanda Warga Pengadilan Jadi Pelipur Rindu Keluarga

Kala Demam Akik Melanda Warga Pengadilan Jadi Pelipur Rindu Keluarga

- detikNews
Minggu, 15 Mar 2015 10:13 WIB
Jakarta - Tugas hakim yang harus berpindah dari satu tempat ke tempat lain ke penjuru nusantara menguras rindu mendalam kepada keluarga yang terpisah jarak. Berbagai cara positif dilakukan untuk membunuh sepi, dari olah raga atau memancing. Belakangan, Akik menjadi alternatif untuk melipur kangen kepada keluarga.

Seperti diungkapkan Ketua Pengadilan Negeri (PN) Tubei, Bengkulu M Ramdes. "Kami merasa tidak lagi sepi meski memendam kerinduan kepada anak dan istri yang berada di luar Bengkulu. Hari Sabtu dan Minggu kami berkumpul sibuk mengasah dan memotong batu akik," kata M Ramdes sebagaimana dikutip detikcom dari Majalah Badilum, DANDAPALA, Minggu (15/3/2015).

DANDAPALA merupakan majalah komunitas warga pengadilan umum yang diluncurkan pada Jumat (15/3) oleh Dirjen Badilum Herri Swantoro. Selain berisi kegiatan sehari-hari warga pengadilan, juga berisi reportase yang serius di rubik laporan khusus dan liputan utama. Edisi perdana kali ini juga berisi wawancara khusus dengan Ketua MA Hatta Ali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setidaknya kami bergembira di sini," ujar M Ramdes.

Di hari Sabtu dan Minggu itu, staf PN Tubei mendatangkan mesin pengasah akik untuk mengasah rough di belakang kantor. Hasilnya, beberapa staf pengadilan sudah terampil dan mahir mengasah batu akik dari wilayah Lebong.

Tak hanya di Tubei, di Bengkulu Utara juga dilanda demam akik. Wakil Ketua PN Arga Makmur, Yunizar Kilat Daya menjadi kolektor akik jenis chalcedony raflesia. Sebelum bertugas di Arga Makmur, ia belum tertarik dengan batu warna-warni itu. Setelah dua bulan berdinas, ia mulai keranjingan berburu bersama para stafnya. Setiap sabtu-minggu, mereka berburu batu akik raflesia di kawasan Napal Putih, Bengkulu Utara.

Di tempat asalnya, bahan akik dijual Rp 300 ribu/kg, tapi setelah keluar daerah menjadi Rp 700 ribu/kg. Jika sudah menjadi batu akik, harga dibanderol dari jutaan rupiah hingga puluhan juta rupiah, tergantung motif dan warna.

"Kini harganya cukup tinggi sampai puluhan juta rupiah untuk kualitas batu red raflesia super," tutur M Ramdes.

Adapun di PN Bengkulu, hobi akik dimotori panitera muda perdata, Pungut SH. Ia mengoleksi puluhan batu akik raflesia berbagai jenis seperti red, white, putih hingga sunkist.

"Dengan batu akik ini saya merasa lebih tenang dan sabar," ujar Pungut.

Saat ditemui di kantornya, Dirjen Badilum Herri Swantoro mengaku majalah komunitas ini sengaja disajikan dengan rubik yang ringan, tetapi tetap berkualitas. Diharapkan majalah ini menjadi forum kebersamaan dan komunikasi seluruh warga pengadilan, khususnya Pengadilan Negeri (PN) di seluruh Indonesia. Awak redaksi diisi oleh para hakim di lingkungan PN yang acapkali menulis di berbagai media massa.

"Setiap edisi didistribusikan ke seluruh PN-PN di penjuru Indonesia," ucap Herri.

(asp/try)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads