Terbaru, 2 anak SMP ditangkap warga saat membegal tukang ojek di Sawangan, Depok. Keduanya sempat dihakimi warga. Mereka berdalih membegal motor karena motor miliknya diambil seorang kenalan.
Selain itu, begal ABG mengaku melakukan aksi perampasan motor dengan dalih uang jajannya kurang hingga belum membayar biaya sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
|
1. Motor Juga 'Dibegal'
|
Pelaku berinisial AW (13) mengaku motornya diambil oleh kenalannya, Eko, pada Oktober 2014. Dia didesak ayahnya mengembalikan motor tersebut. Namun ketika meminta motor tersebut, AW malah dipaksa Eko mencari motor lain sebagai pengganti motor tersebut.
"Ini alasan agak aneh dan perlu kita dalami," jelas Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Agus Salim di Mapolresta Depok, Jl Raya Margonda, Jumat (13/3/2013).
Mengenai pelaku lainnya, AR (13), polisi belum memberikan penjelasan. "Masih disidik di Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak)," jelas Agus.
Karena masih di bawah umur, pelaku mendapat penanganan khusus. Selain membekali penyidik dengan wawasan mengenai mental anak, polisi juga menggandeng konsultan psikologi dari Dinas Sosial Kota Depok untuk memeriksa pelaku.
AW dan AR membegal tukang ojek, Suheri (54), di Jl Mochtar Sawangan Depok, Kamis (13/3) sore. Modusnya, mereka minta diantar. Sebelum sampai tujuan keduanya menodongkan pisau dan meminta motor korban. Pelaku dan korban sempat duel. Korban kalah dan berteriak minta tolong. Pelaku akhirnya dibekuk satpam perumahan di sekitar lokasi kejadian dan dihakimi massa.
1. Motor Juga 'Dibegal'
|
Pelaku berinisial AW (13) mengaku motornya diambil oleh kenalannya, Eko, pada Oktober 2014. Dia didesak ayahnya mengembalikan motor tersebut. Namun ketika meminta motor tersebut, AW malah dipaksa Eko mencari motor lain sebagai pengganti motor tersebut.
"Ini alasan agak aneh dan perlu kita dalami," jelas Kasat Reskrim Polresta Depok Kompol Agus Salim di Mapolresta Depok, Jl Raya Margonda, Jumat (13/3/2013).
Mengenai pelaku lainnya, AR (13), polisi belum memberikan penjelasan. "Masih disidik di Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak)," jelas Agus.
Karena masih di bawah umur, pelaku mendapat penanganan khusus. Selain membekali penyidik dengan wawasan mengenai mental anak, polisi juga menggandeng konsultan psikologi dari Dinas Sosial Kota Depok untuk memeriksa pelaku.
AW dan AR membegal tukang ojek, Suheri (54), di Jl Mochtar Sawangan Depok, Kamis (13/3) sore. Modusnya, mereka minta diantar. Sebelum sampai tujuan keduanya menodongkan pisau dan meminta motor korban. Pelaku dan korban sempat duel. Korban kalah dan berteriak minta tolong. Pelaku akhirnya dibekuk satpam perumahan di sekitar lokasi kejadian dan dihakimi massa.
2. Nunggak Bayar SPP
|
Bulan Februari lalu, polisi menciduk 3 tersangka begal motor yang beroperasi di Depok. Ternyata mereka masih berstatus sebagai pelajar SMA dan SMK. Para Anak Baru Gede (ABG) ini nekat membegal karena terdesak kebutuhan ekonomi.
Ketiga tersangka adalah AK (18) dan DE (18), pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan AM (18), pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Depok.
"Motifnya yang satu itu belum bayar SPP. Jadi perlu bayar uang SPP," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (6/2/2015).
Para korban pemalakan ketiga tersangka ini sebenarnya masih SMA atau SMP juga. Tetapi, karena postur badan para tersangka, terutama DE yang besar, sehingga membuat takut para korbannya.
Di situ pula, mereka kemudian diperkenalkan dengan komplotan begal kelompok Lampung. "Mereka ini dikenalkan sama teman mereka kepada tersangka C dan A yang masih buron. C dan A ini adalah kelompok Lampung," imbuhnya.
Mereka kemudian diiming-imingi mendapatkan 'pendapatan' lebih besar jika mau ikut gabung bersama kelompok Lampung tersebut. Desakan kebutuhan uang jajan yang lebih membuat mereka tergiur untuk ikut terjun ke dunia kejahatan yang lebih serius.
2. Nunggak Bayar SPP
|
Bulan Februari lalu, polisi menciduk 3 tersangka begal motor yang beroperasi di Depok. Ternyata mereka masih berstatus sebagai pelajar SMA dan SMK. Para Anak Baru Gede (ABG) ini nekat membegal karena terdesak kebutuhan ekonomi.
Ketiga tersangka adalah AK (18) dan DE (18), pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan AM (18), pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Depok.
"Motifnya yang satu itu belum bayar SPP. Jadi perlu bayar uang SPP," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (6/2/2015).
Para korban pemalakan ketiga tersangka ini sebenarnya masih SMA atau SMP juga. Tetapi, karena postur badan para tersangka, terutama DE yang besar, sehingga membuat takut para korbannya.
Di situ pula, mereka kemudian diperkenalkan dengan komplotan begal kelompok Lampung. "Mereka ini dikenalkan sama teman mereka kepada tersangka C dan A yang masih buron. C dan A ini adalah kelompok Lampung," imbuhnya.
Mereka kemudian diiming-imingi mendapatkan 'pendapatan' lebih besar jika mau ikut gabung bersama kelompok Lampung tersebut. Desakan kebutuhan uang jajan yang lebih membuat mereka tergiur untuk ikut terjun ke dunia kejahatan yang lebih serius.
3. Butuh Uang Jajan
|
Ketiga tersangka masing-masing, AK (18) dan DE (18), pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan AM (18), pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Depok.
"Tersangka DE itu keluarganya broken home. Terus setiap hari dapat Rp 10 ribu untuk uang jajan, tapi kurang. Alasannya ngerokok saja Rp 16 ribu," kata kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (6/2/2015).
Martinus mengatakan, ketiga tersangka ini berperan sebagai 'joki'. Sementara eksekutornya masih buron.
"Mereka ini yang boncengin eksekutor. Ada juga yang bawa motor korban setelah berhasil dicuri," tutupnya.
3. Butuh Uang Jajan
|
Ketiga tersangka masing-masing, AK (18) dan DE (18), pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan AM (18), pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta di Depok.
"Tersangka DE itu keluarganya broken home. Terus setiap hari dapat Rp 10 ribu untuk uang jajan, tapi kurang. Alasannya ngerokok saja Rp 16 ribu," kata kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Martinus Sitompul kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (6/2/2015).
Martinus mengatakan, ketiga tersangka ini berperan sebagai 'joki'. Sementara eksekutornya masih buron.
"Mereka ini yang boncengin eksekutor. Ada juga yang bawa motor korban setelah berhasil dicuri," tutupnya.
Halaman 2 dari 8