"Jangan bekali anak-anak yang ingin bersekolah dengan risiko tinggi. Masa depan yang cerah dari anak akan terhenti karena keselamatannya akan berisiko. Negara harus hadir dan negara harus menghilangkan risiko tersebut," ujar Anies kepada wartawan di Kemendikbud, Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Jumat (13/3/2015).
Menurut mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut, hampir di seluruh wilayah Indonesia terdapat perlintasan berisiko, seperti jembatan sungai yang hampir ambruk dan melintasi perjalanan yang sangat jauh untuk sampai ke sekolah. Anies juga sempat
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada guru-guru dan murid di pelosok untuk menuju sekolah, kalau mereka harus memutar jalan (berjalan bisa sampai) 2 jam tapi kalau
ingin melalui lintasan itu (hanya) sekitar 15 menit. Ini tanggung jawabnya risiko keselamatan," kisah Anies.
Untuk itu, pihaknya akan menggandeng Kementerian Pekerjaan Umum (PU) agar menangani permasalahan yang terjadi sejak lama ini bersama-sama. Sehingga, laporan yang masuk dari masyarakat mengenai daerah perlintasan yang berisiko tinggi bisa segera ditangani dengan baik.
"Kita bagi-bagi tugas, tugas kami mengundang para kepala sekolah, orangtua dan warga untuk melaporkan lintasan berisiko yang telah menyebabkan kecelakaan bagi anak-anak kita demi menciptakan keselamatan siswa. Sehingga, nantinya (bersama Kementerian PU) bisa kita perbaiki dan bangun," jelas penggagas program Indonesia Mengajar ini.
Kondisi beberapa jembatan gantung di Indonesia, khususnya di desa-desa kecil, memang mengkhawatirkan. Tidak sedikit warga yang harus melalui jembatan reot untuk beraktivitas sehari-hari.
Baru-baru ini, ramai diberitakan tentang warga di Desa Plempungan, Karanganyar, yang naik jembatan 'tipis' untuk menuju Desa Suro, Boyolali, Jawa Tengah. Mereka rela bergantian menaiki jembatan yang hanya beralaskan satu papan untuk menghemat waktu dan tenaga. Sebab, bila mereka tidak naik jembatan, harus memutar jalan yang jaraknya mencapai 8 kilometer.
Jembatan itu memiliki panjang 30 meter dengan lebar 1,5 meter. Posisinya 10 meter di atas sungai. Anak-anak SD yang bersepeda maupun pria dewasa yang naik motor, melintasi jembatan tipis itu sambil mempertaruhkan keselamatan mereka.
Pada September 2014, heboh juga diberitakan tentang jembatan 'Indiana Jones' di Pandeglang, Banten. Jembatan yang lebarnya besar saat dibangun, lalu berubah jadi membahayakan setelah diterjang banjir.
Meski membuat miris, para siswa SD yang hendak sekolah sepertinya sudah biasa. Putri Safitri misalnya, siswi kelas 4 SD ini mengaku sudah terbiasa.
(aws/nrl)