"Karena mindset swasta. Swasta itu kan profit oriented. Swasta itu kan akan melakukan sesuatu kalau itu akan memberikan keuntungan. Betul kan," kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain di sela-sela raker di Sasana Widya Sarwono, Gedung LIPI, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (11/3/2015).
Zulkarnain mengatakan, selama ini anggaran terbesar soal pengembangan serta penelitian iptek masih pemerintah yang mencapai kisaran 80 persen. Untuk keseluruhan, anggaran ini pun masih di bawah 1 persen dari alokasi APBN. Hal ini berbeda dengan negara lain seperti misalnya Malaysia yang punya kucuran dana di atas 1 persen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, selain mindset profit oriented, pihak swasta juga merasa tidak ada penghargaan dari pemerintah. Semestinya, pemerintah juga bisa paham kalau swasta perlu 'dipancing' dengan memberikan reward. Misalnya seperti pemberian insentif kepada perusahaan-perusahaan swasta yang mau berinvestasi di bidang penelitian.
"Apakah itu (insentif) peringanan pajak, atau apapun bentuk insentifnya. Lalu kemudian diberikan kebijakan disinsentif kepada yang tidak mau. Nah, itu akan bisa bergerak bekerjasama dari swasta untuk penelitian," tuturnya.
Selain itu, diperlukan pula idealisme dari perusahaan swasta jika ingin terlibat dalam bidang penelitian. Menurutnya, pihak swasta harus merasa sebagai warga negara yang terpanggil. Kalau tidak punya idealisme seperti itu, dia merasa sulit bisa dilakukan.
"Swasta-swasta yang mau terlibat di bidang penelitian itu pertama dia punya idealisme. Dia harus merasa sebagai warga negara terpanggil untuk mengembangkan teknologi atau inovasi di Indonesia, tapi kalau yang tidak punya itu saya rasa lebih pilih liaison saja lebih murah yang lebih pasti di pasar," tuturnya.
(hat/bar)