"Dari penulurusan untuk rekanan yang mendapat proyek UPS adalah 39 perusahaan pemain lama dari 2012-2014. Total jumlah proyek yang mereka menangkan ada 197 paket, total nilai anggaran Rp 875,871 miliar," kata Program Manager Divisi Monitoring Anggaran ICW, Firdaus Ilyas di kantornya, Jl Kalibata Timur IV/D No. 6, Jakarta Selatan, Senin (9/3/2015).
Dia mencontohkan kejanggalan pengadaan UPS 2014 yang direalisasikan sebanyak 51 paket. Dengan rinciannya 49 paket (Rp 6 miliar/paket) untuk sekolah menengah atas atau kejuruan. Sisanya, 1 paket untuk Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah senilai Rp 6 miliar. Sementara, untuk RSUD Cengkareng ada 1 paket dengan nilai Rp 1,37 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Latar belakang sebagian besar perusahaan pemenang tender UPS juga dinilai meragukan. Perusahaan yang memenangkan tender tidak punya keahlian namun bisa memenangkan proyek.
"Ini contoh saja ada direktur perusahaan yang rangkap jabatan ke perusahaan lain dalam lelang. Ada yang fiktif karena alamatnya tak ditemukan," sebutnya.
Selain itu, Firdaus menambahkan kalau proyek pengadaan UPS hanya bagian kecil dari ribuan kegiatan pengadaan barang dan jasa pada dinas serta sudin pendidikan DKI Jakarta yang bermasalah. Dari penulusuran, dalam proyek pengadaan di sektor pendidikan, diduga sarana yang bermasalah seperti alat scanner dan printer 3D, Colaboration Active Classroom (CAC), alat digital education classroom.
"Dari realisasi kegiatan yang diduga bermasalah (siluman) sebanyak 48 mata anggaran siluman. Ini rawan dikorupsi," tuturnya.
(hat/bar)