"Saya kira itu ide yang perlu, bisa dikembangkan untuk dibahas oleh masyarakat," kata Sutrisno saat dimintai tanggapannya.
"Memang kita banyak belajar dari negara-negara lain yang menggunakan cara seperti itu, dan salah satu alasannya saya kira supaya partai-partai ini tidak korup, tidak korupsi, sehingga memang sudah ada dananya dari negara," sambungnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sutrisno mengatakan Indonesia perlu membahas kelebihan dan kekurangan terkait parpol dibiayai oleh negara tersebut. Lalu apakah Sutrisno setuju dengan wacana itu?
"Saya katakan itu ide yang bagus, dan sudah ada di negara lain, maka kita bahas plus minusnya," pungkasnya.
Sebelumnya, Selama ini partai politik hidup dari iuran tiap anggotanya sehingga menjadi salah satu alasan mengapa politisi rentan terkena kasus korupsi. Untuk menekan itu, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mewacanakan kelak partai politik bisa dibiayai negara melalui APBN.
"βDengan pengalaman Pilkada selama ini memang transparansi memang sulit dilakukan. Saya kira kalau keuangan baik, parpol bisa dibiayai (APBN). Sekarang hanya ada 10 parpol. 1 partai per tahun Rp 1 triliun," kata Tjahjo dalam Diskusi Bincang Senayan 2015 di kafe Brewerkz, Senayan City, Jakarta Pusat, Minggu (8/3/2015).
Ia mengatakanβ wacana itu sedang ia pikirkan. Alasannya untuk menekan angka korupsi yang selama ini disematkan pada kepala daerah atau politisi karena harus menghidupi partainya.
"βAnggaran parpol untuk sehari-hari, kaderisasi dan sebagainya akan dibiayai negara. Jadi bisa menekan angka korupsi. Nanti ada BPK yang diaudit," sambungnya.
(idh/kha)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini