Menurut kelompok pemantau HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (5/3/2015), setidaknya 20 personel militer rezim Suriah dan 14 pemberontak tewas dalam ledakan dan serangan yang menargetkan gedung intelijen Angkatan Udara di sebelah barat Aleppo.
Serangan ini terjadi setelah Presiden Suriah Bashar al-Assad bersikeras, dirinya terus mendapatkan dukungan rakyatnya. Meskipun nyaris empat tahun konflik melanda negeri itu dan adanya tekanan internasional pada rezimnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditambahkannya, enam warga sipil juga tewas pada Rabu, 4 Maret dalam serangan terpisah yang dilakukan para pemberontak di wilayah-wilayah yang dikuasai rezim.
Serangan tersebut dimulai dengan ledakan hebat akibat bom-bom yang diletakkan di dalam terowongan di dekat gedung intelijen. "Pria-pria bersenjata meledakkan terowongan yang mereka gali (menuju kawasan yang dikuasai rezim) dan kemudian menyerang area sekitar markas besar intelijen Angkatan Udara," ujar sumber militer Suriah.
Usai ledakan bom tersebut, para pemberontak kemudian melancarkan serangan ke gedung intelijen tersebut. Dalam aksinya, para pemberontak mendapat perlawanan sengit dari pasukan pemerintah yang didukung para pejuang dari kelompok militan Libanon, Hizbullah yang merupakan pendukung penting Assad.
Pertempuran perlahan-lahan berhenti setelah pesawat-pesawat tempur Suriah membombardir posisi-posisi pemberontak. "Puluhan pemberontak tewas dalam serangan artileri dan udara. Situasi saat ini di daerah tersebut tenang. Hanya ada pertempuran sporadis kecil," ujar sumber militer Suriah.
Lewat akun Twitter-nya, Al-Nusra Front, kelompok afiliasi Al-Qaeda di Suriah mengklaim telah melakukan serangan terhadap gedung intelijen Angkatan Udara tersebut dan gedung-gedung sekitarnya.
(ita/ita)