PM Abbott Muak Soal Eksekusi Mati, Komisi I: Pemerintah Jangan Terpengaruh

PM Abbott Muak Soal Eksekusi Mati, Komisi I: Pemerintah Jangan Terpengaruh

Hardani Triyoga - detikNews
Kamis, 05 Mar 2015 02:34 WIB
Jakarta - Perdana Menteri (PM) Australia Tony Abbott terus bermanuver menjelang eksekusi mati dua gembong narkoba Bali Nine. Dia mengaku muak terkait kemungkinan eksekusi mati terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran yang tampak prosesnya makin dekat.

Wakil Ketua Komisi I Tantowi Yahya menyayangkan sikap Abbott. "Kita sungguh prihatin dengan sikap PM Abbot yang memaksakan kehendaknya," kata Tantowi dalam pesan singkatnya, Rabu (4/3/2014).

Dia berpendapat kalau publik Australia mungkin setuju dengan sikap pemimpinnya yang ingin melindungi warga negaranya. Namun, jika hal itu harus melanggar kedaulatan negara lain, maka Tantowi yakin publik Australia bakal kecewa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mereka akan kecewa kalau pemimpin mereka melanggar kedaulatan negara lain," sebut politisi Golkar itu.

Hal senada dikatakan Wakil Ketua Komisi I lain, Hanafi Rais. Dia berharap pemerintah Indonesia tidak perlu terpengaruh dengan sikap Tony Abbot. Pemerintah harus berkomitmen dengan sikap tegas agar tetap melaksanakan proses eksekusi mati terhadap Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

"Enggak usah terpengaruh. Biarin saja manuvernya. Indonesia punya kedaulatan hukum, dan itu harus dihargai Australia," kata politisi PAN itu.

Justru kalau pemerintah Indonesia terus menunda pelaksanaan eksekusi mati, maka akan punya konsekuensi yang tidak baik. Dia mencontohkan konsekuensi buruk itu seperti adanya teror pengiriman 'darah' terhadap Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Sydney, Australia.

"Kalau terus menunda ada kejadian teror 'darah' yang diterima KJRI di Sydney. Itu sangat disayangkan ada seperti itu," sebutnya.



(hat/rjo)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads