"Iya sekarang sana sini batu, ada kesempatan, ada momen kenapa tidak kita manfaatkan," kata Pujo Waluyo kepada detikcom, Rabu (s/3/2015).
Memanfaatkan momen ini dimulai oleh Pujo sejak pagi ini, banyak warga yang hanya melihat, adapula yang langsung membeli. Namun dia tidak merinci berapa banyak batu yang sudah terjual pada hari ini. "Ya sudah banyak lah yang beli," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Harga batu dilihat dari motifnya, kalau seratnya banyak semakin mahal," jelasnya.
Dari momen tersebut, Pujo langsung menghubungi empat rekan sesama pencari sekaligus pengrajin batu akik di kota Cilacap untuk menjual batu-batu tersebut di sekitar Dermaga Wijayapura.
"Ini saya berlima, jadi batunya kita gabung semua. Harga yang kita patok juga termasuk murah karena kita penambang dan sekaligus pengrajin, jadinya tidak mahal," tuturnya.
Menurut dia, batu akik yang dia gelar disekitar Dermaga Wijayapura adalah batu-batu yang didapat dari pulau Nusakambangan.
"Batu ini saya dapat dari Nusakambangan, nyarinya susah, harus jalan 3-4 jam kelokasi lewat hutan, nanti di sana ada aliran sungai, nah disitu ada batunya," ujar dia.
Di antara jenis batu dari Nusakmbangan tersebut, dia menyebut ada sekitar 30 macam jenis batu. Salah satunya yang terkenal adalah batu jenis Tumpang atau Capucino, Badar besi.
"Yang terkenal itu jenis batu tumpang, di dalamnya ada serat-seratnya," jelasnya.
Diantara para pembeli yang melihat-lihat batu yang dipamerkan Pujo, rata-rata semua bertanya batu yang paling terkenal jenisnya apa?. "Semua tanya kayak yang mas tanya, ya yang paling ramai jenis batu tumpang ini," jelasnya.
Dia mengungkapkan, untuk mencari batu jenis tumpang tersebut agak sulit, karena serat dan corak batu ada di tengah-tengah segumpal batu, bentuknya pun menyerupai karang yang sudah terlapisi batuan keras.
"Ini harus kita pecah dulu baru kelihatan dalamnya, tapi biasanya dari alur diluar batu kita sudah tahu ada seratnya atau tidak," ungkapnya.
Dia juga menyebut jika batu tumpang jenis capucino ini warnanya bermacam-macam, ada yang berwarna coklat, oranye, gold dan hijau.
"Tapi nyarinya susah mas, kalaupun ada harganya mahal, ini yang kita punya cuma yang warna coklat dan oranye," ujarnya sambil menyenter batu tersebut.
Batu jenis ini pun sempat menjuarai kontes batu akik di Purwokerto beberapa waktu lalu. Bahkan pada tanggal 28 Maret esok akan ada kontes batu akik di alun-alun Cilacap.
"Batu tumpang menang juara satu pas ikut kontes di Purwokerto," kata Pujo.
Di lokasi sekitar Dermaga Wijayapura ternyata tidak hanya Pujo yang menggelar lapaknya, ada Joko yang menggelar lapak sekalian jasa menghaluskan batu akik. Dia mematok harga perlempeng sekitar Rp 50 ribu.
"Semua jenis harganya Rp 50 ribu perlempeng. Untuk jasa menghaluskan Rp 25 ribu," ujar Joko yang mulai berjualan batu akik selama dua hari dan sudah sekitar 100 lempeng batu terjual.
Suara bising alat yang dia gunakan untuk menghaluskan batu memang sempat membuat penasaran warga sekitar yabg sedang melihat-lihat proses peliputan media di sekitar dermaga. Bahkan seorang Polsuspas yang sedang melintas langsung mendatangi lokasi pembuatan batu akik tersebut.
"Ya penasaran aja, ada suara apa, ternyata jual batu akik," jelas Noko yang langsung membeli batu jenis bako-bako warna anggur yang diakuinya juga asli dari Nusakambangan.
Momen penjual batu tersebut menjadi perhatian para pecinta batu akik termasuk wartawan yang sedang meliput persiapan eksekusi terpidana mati. Mereka tampak mengerumuni sambil mengamati batu-batu akik tersebut.
(arb/ndr)