Ryamizard bukan tanpa alasan mengatakan hal itu. Dia mengacu pada data banyaknya warga Indonesia yang harus mati akibat barang haram itu.
"Satu hari tuh 40 orang bangsa Indonesia mati karena narkoba. Bayangkan kalau setahun, sudah 18.000 mati, belum lagi yang rehabilitasi 4 juta lebih, belum lagi yang sudah tidak bisa lagi, nunggu mati, karena sudah parah. Ini akibat yang pengedar itu," papar Ryamizard di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/3/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia harus dihukum mati sudah wajar, jadi harus tahu, harus jelas. Kamu harus bawa pesan ke negara kamu. Itu ada dari Brasil, Belanda, Australia," katanya saat itu.
Kemarahan Ryamizard semakin menjadi setelah tahu maraknya para tahanan narkoba yang tetap leluasa mengatur bisnisnya dari dalam sel. Jika seorang bandar tidak sampai dieksekusi mati, dia memprediksi makin banyak jumlah warga Indonesia yang mati sia-sia.
"Saya bilang itu melebihi penjahat perang, pantas dihukum mati," tegasnya.
Meski tengah tegang, dia yakin hubungan dengan Australia tidak akan memburuk. Terlebih lagi hingga titik terendah, terjadinya konflik.
"Masa perang gara-gara orang kaya gitu (bandar narkoba)," tandasnya.
(mok/vid)