Xinjiang telah dilanda gelombang kekerasan, yang oleh otoritas China disebut sebagai "terorisme" dan menyalahkan "separatis", yang kadang kala serangannya menyebar ke wilayah China lainnya.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (4/3/2015), informasi seputar apa yang terjadi di wilayah tersebut dikendalikan dengan ketat oleh otoritas China. Data jumlah korban jiwa tersebut disampaikan oleh kelompok HAM, Uyghur Human Rights Project (UHRP) dengan menggunakan data dari laporan media China dan internasional.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Angka total korban jiwa pada tahun 2014 tersebut, meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan angka tahun 2013, yakni antara 199-237 orang yang tewas, dengan 116-151 merupakan warga Uighur dan 32-38 adalah warga Han.
Direktur UHRP, Alim Seytoff mencetuskan, temuan ini mengkhawatirkan dalam sejumlah aspek. "Itu memberitahu kita bahwa penekanan China terhadap Uighur hanya memperburuk kekerasan... dan menewaskan lebih banyak warga Uighur," tuturnya.
Laporan tersebut tidak memasukkan insiden-insiden di luar wilayah Xinjiang. Termasuk penikaman massal di stasiun kereta api di Kunming pada Maret 2014 lalu, yang menewaskan 35 orang, termasuk empat pelaku penikaman.
(ita/ita)