"Kami, pemimpin Buddha dan Muslim memahami bahwa para pendukung kami telah membangun hubungan yang harmonis, yang menjadi dasar untuk membangun perdamaian dan kemakmuran di berbagai belahan di dunia," ujar Presiden Sri Lanka Councils of Religions for Peace Dr Bellanwila Wimalaranata Anunayaka Thera saat membacakan pernyataan itu di depan Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah.
Disebutkan, di dalam masing-masing teks kitab sucinya, Buddha dan Islam sama-sama menekankan pentingnya perdamaian yang menyeluruh dan positif. Perdamaian yang merengkuh perdamaian diri, perdamaian antarsesama manusia dan perdamaian dengan alam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para peserta pertemuan yang antara lain berasal dari Thailand, Sri Lanka, Norwegia, Bangladesh, dan Malaysia, juga sepakat menyerukan penolakan terhadap penyalahgunaan agama untuk mendorong diskriminasi dan kekerasan. Bellanwila mengatakan kedua agama ini telah disalahgunakan oleh beberapa pihak untuk tujuan politik. Penyalahgunaan yang dilakukan di antaranya dengan memancing prejudis dan stereotip dan memantik diskriminasi dan kekerasan.
"Dengan tegas kami menolak penyalahgunaan itu dan menyerukan untuk melawan interpretasi dan aksi keagamaan yang ekstrim dengan narasi perdamaian otentik kami," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden International Movement For a Just World (JUST) Dr Chandra Muzaffar, menjabarkan soal adanya kesamaan di dalam ajaran Buddha dan Islam. Misalnya soal kebhinnekaan agama, kehidupan bersama yang damai, maaf-memaafkan, maupun kasih sayang universal. Tak hanya itu, ada pula ajaran soal pluralisme dan toleransi.
(sip/rul)