Kisah Kakek Sukardi Berjualan Miniatur Kapal Pinisi di Tengah Keterbatasan Fisik

Kisah Para Pejuang Senja

Kisah Kakek Sukardi Berjualan Miniatur Kapal Pinisi di Tengah Keterbatasan Fisik

Taufan Noor Ismailian - detikNews
Rabu, 04 Mar 2015 09:41 WIB
Jakarta -

Keterbatasan fisik tidak membuat Kakek Sukardi (69) menyerah untuk terus berjuang menyambung hidup. Dengan kursi roda yang digunakan selama 39 tahun, kakek yang akrab disapa Wadi ini berjualan miniatur kapal pinisi berkeliling di wilayah Koja, Jakarta Utara sejak tahun 1980.

Kecelakaan saat menjadi kuli di Pelabuhan Tanjung Priok tahun 1976, tidak membuat Kakek Wadi menyerah menghidupi istri dan kelima anaknya. Selalu berusaha dan tidak mengeluh merupakan prinsip yang selalu dipegang teguh oleh Kakek kelahiran 1946 ini.

Dengan dibantu istrinya, Mak Atem (64), Kakek Wadi setiap hari tidak kenal lelah membuat miniatur kapal Pinisi sejak pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. Kurang lebih selama sebulan, ia dapat membuat delapan kapal Pinisi berukuran kecil dan besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Miniatur kapal Pinisi besar yang terbuat dari bambu ini berukuran kurang lebih 85cm x 30cm. Sedangkan yang ukuran kecil sekitar 65cm x 30cm.

"Kalau sudah jadi 8 kapal. Bapak berkeliling untuk jualan di dekat Kecamatan Koja. Berangkat kerja pukul 09.00 WIB dan pulang sebelum pukul 18.00 WIB," ujar Kakek Wadi di kontrakannya jalan Rawa Binangun 1, Rawa Badak Utara, Koja, Jakarta Utara, Selasa (3/3/2015).

Satu miniatur kapal pinisi berukuran besar dijualnya dengan harga Rp 200 ribu, sedangkan yang kecil dijual Rp 150 ribu. Kakek yang memiliki 16 cucu dan 3 cicit ini mengaku selama ini saat berjualan tidak pernah ada yang mengganggunya. Kakek Sukardi berjualan dari atas kursi roda yang dia pacu sendiri. Meski jalanan penuh lubang dan tanjakan, selalu saja ada yang menolongnya.

"Alhamdulillah di jalan banyak yang menolong. Jadi kita lebih baik berbuat baik pada orang aja, pasti kebaikan kita akan dibalas," ucapnya dengan penuh semangat.

Lanjutnya, Kakek Wadi mengaku tidak sedih meski kelima anaknya tidak ada yang mengikuti jejaknya sebagai pembuat miniatur kapal pinisi. Ia hanya menyesalkan kedepan tidak ada lagi penjual kapal pinisi di wilayah Koja.

"Anak nggak ada yang bisa bikin (miniatur kapal pinisi). Setiap diminta ikut kerja kayak bapak pasti jawabanya masa mau ikutin orangtua. Ini di luar kota banyak juga suka miniatur kayak gini jadi sayang kalau nggak ada penerusnya. Pernah orang Tangerang datang kesini beli kapalnya. Seluruh Koja, Tanjung Priok nggak ada yang bikin ini, cuma bapak karena harus sabar membuatnya," terang Kakek asli Indramayu ini.

(tfn/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads