Di antara mereka, ada yang tidak tahu dan menolak menanggapi soal isu ini. "Saya nggak ngerti, hehehe...," kata mahasiswa Universitas Bung Karno yang enggan disebutkan namanya ini di sisi timur Bundaran Hotel Indonesia, Jl MH Thamrin, Jakarta, Minggu (1/3/2015).
Mahasiswa berbehel ini mengaku kurang menguasai konflik panas yang terjadi itu. Namun beberapa kaum muda-mudi lain menanggapi dengan kritis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dea yang berbaju oranye dan bercelana abu-abu ini nampak rajin membolak-balik halaman ponsel pintarnya. "Saya memang baru dengar belakangan isu itu (Ahok vs DPRD DKI), karena sibuk kerja ya. Tapi korupsi di DPRD memang harus diberantas," ucapnya sambil duduk di pinggiran kolam Bundaran HI seorang diri.
Ferdinan, karyawan swasta asal Kelapa Gading, Jakarta Utara, mengaku tetap mendukung Ahok untuk tetap memimpin Jakarta. Namun demikian, pemuda 20 tahun ini berharap Ahok bisa lebih bijak dalam mengeluarkan pernyataan. Ketegasan harus tetap diimbangi dengan kehati-hatian dalam bertutur.
"Sebenarnya dia itu tegas dan tepat. Langkah-langkahnya perlu dilanjutkan. Tapi arogansinya saja yang perlu diturunkan, jangan isinya cuma marah-mara saja kalau lihat berita. Tapi apapun, Ahok harus lanjut," kata Ferdinan.
Lain pula dengan Aji, pemuda 21 tahun asal Manggarai ini tegas menolak Ahok. "Saya nolak Ahok. Nggak sreg aja, masa jalanan di Jakarta ditutup untuk motor? Warga di situ terus bagaimana mau mengakses?" tutur Aji.
Semenit kemudian, datang Shifa, teman Aji. Shifa berbeda dengan Aji dan memilih mendukung Ahok untuk tetap memimpin Jakarta dengan tegas.
"Saya nggak setuju kalau kepemimpinan Ahok dipermasalahkan. Karena 'gue' milih Jokowi-Ahok dulu, dan sekarang Ahok yang melanjutkan. Ahok harus tetap tegas dan tetap saya dukung," ujar karyawati swasta berusia 19 tahun ini.
(dnu/mpr)