Di gubuk tersebut terdapat dapur dan kamar Raju, yang hanya disekat dengan bilik kayu. Tak ada kasur. Raju merebahkan tubuhnya yang tinggal tulang berbalut kulit di atas sehelai karpet tipis. Lantai rumah masih tanah. "Saya berjualan kacang panjang titipan orang, renovasi rumah uangnya dapet minjam dari paman, Rp 5 juta," ungkap Heri, di kediamannya Jumat (27/2/2015).
Di tempat itu selain Raju, Heri tinggal bersama Annisa (7), anak kedua hasil pernikahannya dengan Tarsih (29), ibu tiri Raju. Untuk kebutuhan perut Tarsih bekerja sebagai buruh pabrik di kawasan Cikembar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain mengalami kelumpuhan, Raju juga tak bisa bicara. Ketika lapar ia memberikan kode kecapan lidah di bibir, sang ayah sudah paham dengan kode tersebut langsung memberinya roti isi. "Makanan favoritnya roti isi yang harganya serebu di warung, kadang juga beli nasi campur mie," imbuh Heri.
Sementara itu kondisi Raju mendapat respons dari pihak Kecamatan Cikembar, Dodi Sukmana kepala kecamatan mengaku akan memberikan perhatian maksimal terhadap warganya itu.
"Saya sudah mengetahui kasus yang menimpa Raju sejak lama, namun saat itu dari pihak keluarga menolak membawa Raju ke Rumah Sakit dengan alasan tidak ada biaya. Padahal banyak solusi seperti Jamkesmas atau Jamkesda, selain itu keluarga juga beralasan enggan terkesan seperti meminta-minta," singkat Dodi.
(ern/ern)