Kunjungi Pusat Pendidikan di Bekas Lokalisasi, Mendikbud Apresiasi Jasa Guru

Kunjungi Pusat Pendidikan di Bekas Lokalisasi, Mendikbud Apresiasi Jasa Guru

- detikNews
Kamis, 26 Feb 2015 13:48 WIB
Solo - Lain dulu, lain sekarang. Dahulu Kampung Silir, Solo, dikenal sebagai lokasi prostitusi, tetapi kini disulap menjadi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ar- Ridho. Mendikbud Anies Baswedan memberikan apresiasi kepada perjuangan para guru.

"Atas nama pemerintah saya sampaikan apresiasi. Insya Allah ke depannya ini lebih besar dan dicontoh oleh yang lain," kata Anies di lokasi, Kamis (26/2/2015).

PKBM Ar- Ridho berlokasi tepatnya di Kampung Silir, Kecamatan Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah. Kisahnya, Kampung Silir sebelum tahun 2000 dikenal sebagai lokasi prostitusi. Daerah itu dulu dihindari sebagai tempat tinggal karena banyak PSK yang 'berjualan' di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun awal tahun 2000, Silir mulai berubah, seorang warga bernama Sarjoko berniat untuk mengubah desanya. Dia membangun PKBM Ar-Ridho untuk warga sekitar. PKBM tersebut merupakan lembaga non formal yang menjadi wadah pendidikan masyarakat kurang mampu. Begerak di bidang sosial dengan program berupa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kejar Paket C, kursus menjahit, memasak dan membuat aksesoris, simpan pinjam, seni budaya dan kewirausahaan.

Seiring berjalannya waktu, masyarat sekitar mulai mau bergabung dalam program yang ada. Akhirnya tempat lokalisai Silir berubah menjadi pusat kegiatan belajar masyarakat.

Mendikbud Anies yang mendengar kisah Silir mengatakan pendidikan itu bukan cuma di sekolah. Pendidikan non formal, seperti PKBM ini juga bisa sangat bermanfaat bagi masyarakat.

"Pendidikan yang formal, informal dan non formal itu harus mendapatkan perlakuan yang sama. PKBM ini kami sedang dipelajari untuk bisa ditiru, yang baik harus kita dorong," kata Anies.

Anies mengatakan jasa para guru akan diingat oleh murid saat mereka dewasa. Guru yang mengajar dan membuat desa mereka berubah menjadi pusat pendidikan akan menjadi kenangan bagi murid itu sendiri.

"Bayangkan anak-anak murid yang belajar di sini 30 atau 40 tahun yang akan datang mereka akan jadi orang dan mandiri. Mereka cerita dulu ada Silir kemudian ditutup, ada orang-orang baik yang menutup itu dan karena mereka hidup saya berubah," ujar Anies.

"Saya percaya kalau seorang anak pernah mengalami hidup lebih baik maka dia akan melakukan hal yang sama seperti yang dia terima," tambahnya.

Anies menyampaikan hal tersebut di depan para guru dan wali murid. Sulaiman (46) salah satu wali murid mengaku tak malu kalau anaknya bersekolah di kawasan Silir.

"Terus terang, kami pernah ditanya seorang teman. Apakah kamu tidak merasa risih atau malu anak-anak kamu disekolahkan di wilayah yang notabene sebagai wilayah lokalisasi. Saya katakan, mengapa harus merasa risih dan malu, yang penting bagi kami adalah pendidikan yang intelek dan berakhlakul karimah dan itu semua ada di PAUD Ar-Ridho," kata Sulaiman.

(slm/aan)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads