Dalam laporan tahunannya mengenai kekerasan di 160 negara, Amnesty menuding pemerintah negara-negara tersebut "berpura-pura bahwa perlindungan warga sipil berada di luar kendali mereka."
Disebutkan Amnesty seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (25/2/2015), jutaan warga sipil telah tewas, mulai dari Suriah ke Ukraina, Gaza ke Nigeria. Sementara jumlah warga yang kehilangan tempat tinggal di seluruh dunia melampaui 50 juta jiwa tahun 2014 lalu. Angka ini pertama kalinya terjadi sejak berakhirnya Perang Dunia II.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Respons global atas konflik dan pelanggaran oleh negara-negara dan kelompok bersenjata tersebut adalah memalukan dan tidak efektif," cetus Shetty.
Dikatakan Shetty, di saat banyak orang mengalami serangan-serangan barbar dan represi, komunitas internasional enggan mengambil tindakan. Diingatkannya, situasi ini akan memburuk tahun ini jika para pemimpin dunia tidak segera mengambil tindakan.
Dalam laporan setebal 415 halaman itu, Amnesty menyebutkan, kelompok-kelompok bersenjata seperti ISIS, Boko Haram dan Al-Shabaab telah melakukan kekerasan di 35 negara tahun lalu.
Amnesty secara khusus juga mengkritik Dewan Keamanan PBB yang dianggap sangat gagal melindungi warga sipil. Ini dikarenakan lima negara anggota tetap DK PBB: Inggris, China, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat terus-menerus menyalahgunakan hak veto mereka demi kepentingan politik atau geopolitik mereka.
(ita/ita)