Kegiatan ini diadakan untuk menyatukan anak-anak muda tersebut menyusul kejadian Penyanderaan Sydney akhir tahun lalu.
Sebanyak 10 pusat kegiatan imigran bergabung menyelenggarakan menggelar berbagai kegiatan secara serentak di daerah Parramatta, Blacktown, Liverpool dan Campbelltown, serta daerah Hunter dan Illawarra.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, pihaknya turut prihatin atas apa yang dialami anak-anak muda imigran ini, yang mengaku banyak mendapat perlakuan diskriminasi dan merasa terisolasi setelah kejadian penyanderaan.
Clement Meru dari Pusat Kegiatan Imigran Fairfield mengatakan sejumlah anak muda dengan latar belakangan Timur Tengah mengakui adanya diskriminasi perasaan terisolasi.
"Sejumlah klien kami menjadi target karena mereka mengenakan jilbab," kata Meru kepada ABC.
"Yang lainnya merasa tersingkirkan dan karenanya kegiatan ini penting untuk membuat mereka merasa sebagai bagian dari masyarakat luas."
Seorang imigran bernama Ricard Raheem (17 tahun) yang lari dari Irak di tahun 2013 mengaku datang ke Australia karena mendengar Australia aman dan orang-orang baik hati.
Hal yang sama juga disampaikan imigran Irak lainnya, Salam Akram (16) yang mengaku turut ambil bagian dalam kegiatan pertandingan bola untuk bisa menyatu dengan warga lainnya.
Sementara imigran Ahmed Freijet (16), juga dari Irak, mengatakan ingin membantu sesama imigran agar bisa merasa bahwa mereka benar-benar diterima di Australia.
(nwk/nwk)