"Saya akui 1000 persen rekaman yang diperdengarkan ke saya. Ditanya apa benar saya melakukan pertemuan, saya akui. Tapi tidak ada rekaman saya yang menyebut kelicikan," kata Nurdin saat sidang Mahkamah Partai Golkar di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (25/2/2015).
Untuk membuktikannya, dia meminta agar rekaman kontroversial itu diputarkan di sidang. Kalaupun ada kata-kata 'licik', Nurdin berkukuh itu bukan arahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nurdin mengakui bahwa ia memang mendukung salah satu calon di Munas Bali. Namun, menurutnya itu bukanlah suatu masalah karena di organisasi mana pun tidak ada pengurus yang bersifat netral.
"Tidak ada aturan bahwa ketua SC dilarang berpihak," ucapnya.
Rapat dengan Ketua DPD I itu disebut Nurdin untuk menyerap aspirasi. Nurdin menyalurkan aspirasi para pengurus daerah yang mendukung Ical.
"Mereka yang mau Ical jadi ketum Golkar, bukan Nurdin Halid. Nurdin Halid hanya melanjutkan. Mengarahkan? Bukan. Memfasilitasi, menyerap aspirasi, iya," ungkap Nurdin.
Dia juga meminta video Munas Bali diputarkan. Dari situ, Nurdin ingin memperlihatkan bahwa sebagai Ketua SC, ia mempersilakan berbagai pihak interupsi. Namun hingga sidang terus dilanjutkan, tidak ada pemutaran rekaman dan video tersebut.
"Silakan diputar video pelaksanaan munas Bali dari pembukaan sampai penutupan. Airlangga interupsi, Akbar Tandjung interupsi saya persilakan," jelasnya.
Di tengah perhelatan Munas Golkar di Bali pada awal Desember 2014 lalu, beredar rekaman rapat rahasia dengan suara Nurdin Halid yang menceritakan pengalaman Munas PSSI di Bali. Pengalaman itu menjadi dasar menyusun skenario yang dilakukan pada Sabtu, 29 November 2014 malam atau sehari jelang Munas IX.
"Pertama kita harus kuasai pembuatan tata tertib Munas. Ini licik, ini licik memang. Tapi kita harus punya jagoan-jagoan sidang atau 'floor leader' dan jagoan itu adalah Bapak-bapak sekalian. Pilih dua orang tiap provinsi untuk jadi jagoan sidang, masalah nanti jadi tiga atau empat itu tidak masalah. Nanti para jagoan ini berargumentasi dan berdebat secara keras, berkelahi pun boleh," ujar Nurdin dalam rekaman yang beredar (1/12/2014) lalu.
(imk/trq)