Dari data yang dilansir BPBD DKI Jakarta, Senin (23/2/2015) malam, terjadi 696 kebakaran di sejumlah titik di Jakarta. Paling banyak terjadi di September dengan jumlah peristiwa kebakaran 99 kejadian dan paling sedikit terjadi Januari yakni sekitar 12 kejadian.
Di bulan September, saat itu Jakarta masih musim panas sehingga beberapa pemukiman terutama yang padat penduduk dengan bangunan semi permanen menjadi mudah terbakar. Kerugian akibat perisitwa itu pun cukup besar yakni Rp 613, 592 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Musibah kebakaran ini juga bisa disebabkan banyak hal mulai dari ledakan tabung gas, pembakaran sampah dan korsleting listrik. Khusus di wilayah Jakarta, penyebab kebakaran terbesar disebabkan oleh kosleting listrik.
Meski kebakaran terbanyak terjadi di bulan September, namun jumlah pengungsinya hanya sekitar 1280 orang sedangkan yang terbesar terjadi pada kebakaran di bulan Mei yakni sekitar 1456 orang.
Kebakaran yang terbaru terjadi kamrin sore. Api melalap rumah-rumah semi permanen di dalam gang-gang Jalan Lautze, Karanganyar, Sawah Besar, Jakpus. Sekurangnya 50 pemadam kebakaran diterjunkan untuk memadamkan api. Wakil Gubernur DKI Djarot Saiful Hidayat sempt mengunjungan pengungsi yang ditempatkan di bawah kolong jembatan fly over.
Besarnya potensi kebakaran di sejumlah perumahan padat penduduk sayangnya belum setara dengan alat pemadam api sederhana yang seharusnya dimiliki warga. Dulu, saat Jokowi dan Ahok baru menjabat sebagai pemimpin Jakarta sempat ada wacana pemberian pawang geni setiap pemukiman untuk membantu proses pemadaman api di awal kejadian.
(bil/mpr)