Geliat Fenomena Batu Akik Juga Sampai ke Kota Seribu Masjid, Mau Cari Akik Apa?

Geliat Fenomena Batu Akik Juga Sampai ke Kota Seribu Masjid, Mau Cari Akik Apa?

Elza Astari Retaduari - detikNews
Senin, 23 Feb 2015 10:31 WIB
Mataram -

Fenomena batu akik ternyata juga telah menjamur di Indonesia bagian timur atau tepatnya di Kota Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Ada beberapa lokasi tempat dijajakannya batu akik di kota dengan julukan Seribu Masjid tersebut.

Salah satu tempat yang banyak berkumpul pedagang batu akik di Mataram berada di Simpang Lima Ampenan. Detikcom berkesempatan mendatangi para pedagang kaki lima batu akik pada Sabtu (21/2/2015).

Mereka menjajakan dagangnya di emperan ruko-ruko yang sedang tutup. Ada sekitar 10 pedagang batu akik yang saat itu sedang dikelilingi oleh puluhan orang pembeli, berbagai batu-batu akik nan indah dipamerkan dengan kondisi tempat ala kadarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau di sini tiap hari ada aja yang jualan. Paling banyak di sini, kalau di tempat lain ada tapi pasaran," ujar salah satu pedagang yang detikcom temui, Alex.

Pasaran yang dimaksud Alex adalah pedagang tidak berjualan setiap hari, biasanya seminggu hanya 1 kali. Beberapa tempat tersebut yaitu di Pasar Cakra yang masih berada di Mataram, kemudian Pasar Jelujuk, Pasar Masbagik (Lombok Timur), dan Pasar Kopang (Lombok Tengah).

Untuk di Ampenan sendiri, biasanya pedagang ramai pada pagi hingga siang hari setiap harinya. Menurut Alex, akik sendiri mulai banyak dicari dan menjamur di Mataram pada pertengahan 2014 lalu.

"Waktu pas Pilpres lah, jadi rame batu akik di sini," kata Alex.

Meski ada banyak akik yang berasal dari luar daerah dijajakan di Ampenan, batu akik asli Lombok tak kalah pamornya. Menurut para pedagang, akik khas Lombok seperti Pancawarna, Pyhrus, dan akik gambar. Lombok pun juga memiliki batu Naga Sui.

"Kalau Naga Sui Lombok warnanya hijau dan ada kuningnya. Banyak yang cari. Kisaran harganya beda-beda. Ada yang 50-200 ribu tapi itu biasa. Ada juga yang mahal sampai 700 ribu atau bahkan jutaan," jelas Alex yang merupakan warga Ampenan itu.

Bedanya dengan Naga Sui yang banyak ditemukan di kaki Gunung Selamet dan biasa disebut bloodstone karena banyak corak merah di antara warna dasar hijau, Naga Sui Lombok memang memiliki bercak kuning menghiasi dasar batu hijau. Menurut Alex, warna hijau kuning memang seperti warna naga.

Pancawarna Lombok pun juga cukup menarik perhatian. Warna dasar dan coraknya yang berwarna-warni cukup sedap dipandang mata. Ada yang campuran berwana cokelat, merah, kuning, abu-abu, hijau, dan lainnya. Sama seperti Naga Sui, harganya beraneka ragam tergantung tingkat keindahan dari batu Pancawarna itu sendiri.

Batu akik Lombok lain yang terbilang banyak dicari adalah Phyrus. Selain bentuknya yang indah, batu yang memiliki banyak corak (biasanya dasar hijau dengan bercak-bercak cokelat) dianggap spesial oleh masyrakat setempat.

"Phyrus Lombok diyakini kalau untuk bepergian jauh bisa untuk menjaga badan, dianggap untuk keselamatan, untuk jaga diri," tutur Alex.

"Banyak yang cari soalnya ada kepercayaan itu dari orang sini (masyarakat Lombok). Rata-rata warnanya hijau. Kalau bentuknya bagus, orang mau bayar mahal. Sampe jutaan juga ada yang mau," sambung pedagang akik di Ampenan lainnya, Iwan.

Di Ampenan sendiri transaksi jual beli bukan hanya dari pedagang kepada orang yang datang. Mereka yang singgah ke Ampenan pun rata-rata merupakan kolektor yang juga terkadang menawarkan koleksi batu miliknya. Seperti Abdul, salah satu warga Lombok yang datang ke Ampenan untuk melihat-lihat akik. Ia menawarkan batu Phyrus dan batu-batu koleksi lain miliknya.

"Murah ini, saya jual Rp 200 ribu aja," tukasnya singkat.

Dibanding Naga Sui, Pancawarna, dan Phyrus, batu akik gambar Lombok menjadi primadona di kalangan kolektor batu. Warnanya putih susu polos, terkadang juga cokelat muda, dan memiliki motif bergambar yang menyerupai suatu obyek atau tulisan. Semakin gambar itu jelas, maka harganya semakin mahal.

"Paling banyak yang dicari akik gambar. Harganya bisa sampai puluhan juta, kalau gambarnya nggak abstrak, yang gambarnya bisa persis menyerupai sesuatu. Kayak ini kan lihat, seperti gambar kambing lagi makan rumput. Kakinya juga ada. Saya jual Rp 1 juta," ucap Iwan.

Menjamurnya penjual batu-batu akik di Lombok bukan hanya terjadi di pinggir jalan saja. Bahkan di Bandara Lombok sekalipun, ada banyak toko yang menjual akik dengan target pembeli pelancong yang sedang berlibur di Lombok.

"Banyak yang cari, laku kok di sini. Biasanya cari Pancawarna, Phyrus sama akik gambar. Tapi (batu akik) yang nggak asli Lombok juga banyak yang beli," ungkap penjaga salah satu toko batu akik di Bandara Lombok, Sri, Sabtu (21/2).

"Ramenya (fenomena batu akik di Lombok) udah lumayan ya tapi nggak lama-lama banget juga. Tahun lalu lah mulainya," pungkas Sri.

(ear/ndr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads