Ibunda Fariel, Sri Astutik, mengatakan seharusnya sebelum operasi transplantasi, anaknya harus mendapat perawatan di ruang isolasi RSCM. Namun karena ruangan isolasi tak tersedia karena penuh, akhirnya bayi mungil tersebut terpaksa menjalani perawatan di rumah.
"Harusnya dirawat di rumah sakit, cuma karena ruangan penuh kita belum berani ke sana, sudah hampir satu minggu. Sebenarnya bukan tidak ada ruangan tapi dokter meminta ruang khusus semacem isolasi, karena anak saya sudah tidak memiliki kekebalan tubuh. Waktu itu sudah dirawat di RSCM karena digabung dengan yang lain akhirnya anak saya terkena infeksi, sebagai orang tua akhirnya kami memutuskan untuk perawatan di rumah," kata Sri Astuti saat ditemui di rumahnya di Jalan Batu Ampar 1, RT 3/2, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (20/2/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dr Hanif (dokter yang merawat Farel) sendiri dari kemarin sudah bilang kepada kami untuk segera dioperasi. Namun dokter bedah belum berani, dengan alasan tidak mau ambil resiko, karena sebagai syarat untuk transplantasi berat Fariel harus 10 Kg, tapi Fariel beratnya hanya 8 Kg," imbuhnya.
Sri menuturkan semakin hari kondisi buah hatinya menurun. Sebab obat-obatan yang diberikan hanya berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh.
"Setiap hari lingkar perutnya bertambah satu sentimeter (membesar). Sementara untuk operasi menunggu profesor dari Tokyo di bulan Maret," katanya.
Di kesempatan yang sama, ayah Fariel, Hariyono (25) mengatakan baru mengetahui penyakit yang diderita anaknya saat usia Fariel 4 bulan. Fariel lalu diperiksa ke dokter dan telah berkali-kali ke luar rumah sakit, hingga akhirnya dokter menyarankan untuk operasi transplantasi.
"Satu-satunya cara harus dilakukan transplan, karena hatinya sendiri sudah rusak," ujar Hariyono.
Sebagai seorang ayah, Hariyono berharap anaknya bisa disembuhkan dengan cara apapun. Bahkan dia siap untuk menjadi pendonor bagi buah hatinya itu.
"Salah satu syarat sebagai pendonor memiliki kesamaan golongan darah, sekarang ini (saya) lagi proses screening, selain itu kesiapan nutrisi harus lebih baik dengan lingkar lengan 14 sentimeter," tuturnya.
Haryono sendiri sudah menjalani pemeriksaan darah, USG, dan CT Scan untuk menjadi donor bagi anaknya. Hasilnya tidak menunjukkan adanya masalah dan Haryono tinggal menunggu hasil bronchoscopy. Jika hasilnya negatif, dia bisa langsung melanjutkan pendonoran. (Baca: Jadi Donor Hati untuk sang Anak, Ayah Alfariel: Nyawa Juga Saya Korbanin)
Haryono juga mengaku sudah menjaga kesehatannya. Termasuk juga untuk rehat sejenak dari pekerjaannya sebagai supir angkutan sayur mayur di Pasar Induk.
(edo/slm)