Mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Semarang Raya itu memulai aksinya sekitar pukul 09.30 WIB, Jumat (20/2/2015). Mereka membawa spanduk besar bertuliskan SaveKPK, peti mati dari kayu dan kardus, serta nisan kayu bertuliskan RIP KPK, lahir 16-12-2003 wafat 16-02-2015.
Mereka berjalan mulai dari depan patung Pangeran Diponegoro ke arah Mapolda Jawa Tengah, kemudian memutar melewati Kantor Gubernur Jawa Tengah dan kembali ke titik awal. Para orator kemudian bergantian meneriakkan orasinya di pinggir jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mendukung MA dan KY memeriksa hasil praperadilan dan hakim Sarpin. Kami juga mendukung Propam memeriksa Komjen Budi Waseso terkait laporan Komnas HAM. Presiden juga harus mengatasi permasalahan 21 penyidik KPK yang dipersangkakan Bareskrim Polri," kata Labib,
Para mahasiswa itu menyerukan dukungan kepada KPK yang menurut mereka sedang dilemahkan dalam kurun waktu satu bulan terakhir. Mereka juga menyayangkan tindakan presiden yang mengandalkan kata "secepatnya" dalam penyelesaian konflik KPK-Polri meski pada akhirnya BG batal dilantik menjadi Kapolri.
"'Secepatnya' seakan menjadi kata andalan presiden ketika ditanya kapan akan mengambil keputusan terkait kemelut KPK-Polri. Dengan lima tuntutan itu sudah jelas kami mendukung KPK. Lembaga pemberantas korupsi yang menjadi harapan Indonesia bersih dari KKN harus diselamatkan dari upaya pelemahan," tegas Labib.
Usai bergantian berorasi, peti mati dari kardus itu diletakkan terlentang di pinggir Jalan Pahlawan dan para mahasiswa berdiri di sisi Timur menghadap ke Barat. Salat gaib pun dilakukan untuk menggambarkan kematian KPK akibat pelemahan yang bertubi-tubi.
(alg/rul)