Seruan ini disampaikan Sisi setelah jet-jet tempur Mesir membombardir target-target ISIS di Libya.
"Tak ada pilihan lain, dengan mempertimbangkan kesepakatan rakyat dan pemerintah Libya dan bahwa mereka meminta kita untuk bertindak," ujar Sisi dalam wawancara dengan radio Prancis, Europe 1 dan dilansir kantor berita Reuters, Selasa (17/2/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita meninggalkan rakyat Libya sebagai tahanan para milisi ekstremis," cetus Sisi seraya menambahkan perlunya aksi internasional kembali dilakukan terkait krisis Libya.
"Kita perlu melakukannya lagi, dan kita semua bersama-sama," tandas Sisi.
Kelompok militan ISIS di Libya telah merilis rekaman video pemenggalan 21 warga Mesir yang mereka sandera. Dalam video yang dirilis pada Minggu, 15 Februari itu, terlihat 21 sandera warga Mesir yang mengenakan pakaian berwarna oranye dengan tangan-tangan diborgol, dipenggal oleh para penculik mereka berpakaian hitam-hitam. Disebutkan bahwa pemenggalan itu terjadi di Tripoli, Libya.
Para sandera tersebut tampak berada di kawasan pantai dan dipaksa berlutut, sebelum kemudian dipenggal. Presiden Sisi marah besar atas pemenggalan tersebut. Sisi pun bersumpah akan melakukan pembalasan terhadap kelompok radikal tersebut.
"Mesir punya hak untuk merespons dengan cara dan waktu yang sesuai untuk menghukum para pembunuh ini," ujar Sisi dalam pidatonya yang disiarkan stasiun televisi nasional Mesir.
Tak lama kemudian, Angkatan Udara Mesir pun membombardir target-target ISIS di Libya. Serangan udara yang dilakukan dengan berkoordinasi bersama militer Libya itu, menewaskan antara 40 hingga 50 militan ISIS.
(ita/ita)