Band asal Bali, Superman Is Dead (SID), menanggapi reaksi boikot Bali merupakan hal berlebihan.
"Kami tidak rasis terhadap ras apapun. Sama sekali tidak. Tapi keinginan (sebagian warga) Australia memboikot Bali terkait hukuman mati yg diberikan Indonesia terhadap WN Australia (yang tertangkap menyelundupkan narkotika) kami rasa berlebihan," kicau SID dalam akun twitter @SD_Official yang dikutip detikcom, Selasa (17/2/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut SID, Bali merupakan tempat wisata yang murah dan dekat dengan Australia. Tidak hanya itu, sebetulnya warga Bali perlahan mulai risih dengan perilaku sebagian wisatawan dari Australia.
"Mereka tidak sadar jika Bali sudah mulai muak dengan kelakuan sebagian turis Aussie yang sering seenaknya memperlakukan warga/budaya lokal. Mereka pikir dirinya raja dan semua bisa dibeli dengan dollar," ujar akun yang diikuti oleh 951 ribu follower ini.
Atas kicauan ini, ribuan followers @SD_Official meretwett. Ribuan orang juga memberikan komentar balik lewat akun FB SID.
"Bali tidak butuh sampah! Tidak ada negara yang butuh sampah. RESPECT! THATS WHAT WE ALL NEED! ~ SID," kicau SID.
Kicauan di atas senada dengan artikel seorang editor traveller.com.au, Anthony Dennis. Sebagai warga Australia, ia mengaku jujur bahwa banyak warga Australia berbuat tidak sopan di Bali.
"(Di Bali) Kami mabuk, kami ambil dan ya, kami menggunakan obat-obatan, dengan melakukan pelanggaran besar berkumpul setengah telanjang dan menikmati resort dan tidak memikirkan sebuah kebudayaan (Bali) yang sangat sangat berbeda di dunia ini. Sebelum kita memboikot Bali kita harus membersihkan tindakan norak kita sendiri," papar Anthony.
Twitwar ini bermula dari pengguna Twitter di Australia yang mulai ramai berkicau dengan menggunakan tanda pagar #boycottbali, terkait dengan rencana pelaksanaan eksekusi dua terpidana mati sindikat narkoba Bali Nine. (Baca: Muncul Seruan Boikot Bali di Medsos Australia)
(asp/nrl)