"Duh, kalau cuma Rp 50 ribu, itu minyak goreng saja sudah Rp 50 ribu per liter," kata salah seorang penjual sembako Ida saat berbincang dengan wartawan di warungnya di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua, Sabtu (14/2/2015).
Dijelaskan Ida, minyak goreng merek Sania atau Kuncimas 1 liter dibanderol Rp 50 ribu. Air mineral kemasan yang kecil Rp 15 ribu, ukuran sedang Rp 25 ribu, dan yang besar Rp 60 ribu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga cabai di Ilaga pun tergolong sangat tinggi, yakni Rp 150 ribu per kilogram. "Desember 2014 lalu harganya bahkan sampai Rp 200 hingga Rp 250 ribu per kilogram, ucap Ida.
Tingginya harga sembako di Ilaga, kata Ida, disebabkan karena mahalnya biaya angkut. Sembako di Ilaga dipasok dengan menggunakan pesawat perintis dari Bandara Mozes Kilangin, Timika.
Tak hanya sembako, BBM di Ilaga pun sangat tinggi. BBM jenis premium per liter Rp 50 ribu. Harga solar, dan minyak tanah pun sama, Rp 50 ribu per liter.
Bupati Kabupaten Puncak Willem Wandik berkata, keterisolasian daerah karena infrastruktur transportasi buruk jadi kendala utama. Harga-harga kebutuhan pokok sangat mahal, sedangkan daya beli masyarakat sangat rendah.
Willem pun berharap Kabupaten Puncak yang dihuni sekitar 167.000 jiwa ini bisa keluar dari keterisolasian. Masyarakat berharap pemerintah membangun jalan darat dari Ilaga ke Grasberg.
Dengan adanya jalan darat ini, kata Willem, sangat berguna untuk sarana angkutan barang sehingga bisa menurunkan harga-harga kebutuhan pokok. Bukan hanya untuk wilayah Kabupaten Puncak, tapi juga untuk wilayah sekitarnya seperti Kabupaten Puncak Jaya, Intan Jaya, Lanyu Jaya, Tolikara, dan sekitarnya.
Sebelumnya, dalam blusukannya di distrik Ilaga, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, pemerintah tengah merencanakan membangun jalan dari Ilaga menuju Grasberg sepanjang 50 kilometer. Ia berharap keinginan itu dapat segera terealisasi.
(bar/fjp)