"Saya sudah menyatakan sikap pribadi, untuk tidak bersedia mencalonkan diri lagi," ujarnya saat kunjungan ke kantor Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Jalan Kertomenanggal, Surabaya, Sabtu (14/2/2015).
Ia menerangkan, ada sekitar 250 tanwir yang mengajukan dirinya ke panitia pemilihan pada Muktamar Muhammadiyah di Makassar nanti. Namun, Din tetap tidak akan mencalonkan lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di organisasi Muhammadiyah, Ketua Umum bisa mencalonkan lagi, tapi bukan sebagai ketua umum. Karena ketentuan anggaran dasar di Muhammadiyah jika sudah 2 kali berturut-turut, maka tidak boleh.
"Nggak boleh sebagai ketua umum, tapi boleh sebagai salah satu ketua atau sekretaris, atau bendahara. Tapi saya tetap tidak mencalonkan diri. Saya berharap ada kader-kader baru. Di Muhammadiyah ini banyak kader banyak tokoh tapi nggak dapat kesempatan," ujar Din yang menjabat sebagai Ketum PP Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 itu.
"Toh saya tanpa menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah, saya tetap mengabdi di Muhammadiyah. Dan insyaAllah saya akan punya jabatan sebagai Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah di tempat tinggal saya di Cilandak, Jakarta Selatan. Tapi itu pun tergantung muscabnya memilih saya atau tidak," terangnya.
Dalam kesempatan tersebut, Din menyampaikan bahwa waktu Muktamar Muhammadiyah hampir berbarengan dengan Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) yang digelar di Jombang, Jawa Timur, pada 1-5 Agustus 2015.
"Ternyata sahabat Nahdlatul Ulama (NU) juga menetapkan muktamarnya pada Agustus dan tanggalnya hampir bersamaan 1-5 Agustus di Jombang. Saya kira ini bagus, jangan dipandang ini sebagai kompetisi," ujarnya.
Din mengatakan, bila perlu dilakukan pembicaraan, mungkin Muktamar NU dan Muhammadiyah diselenggarakan di satu daerah. Din beralasan agar ramai syiar muktamarnya.
"Nanti ada 2 tempat, ada acara bersama, kenapa tidak. Cuma mungkin tidak ada tempat yang memadai, karena masing-masing (organisasi) ribuan pesertanya, belum penggembiranya," katanya.
Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengajak warga masing-masing organisasi fastabiqul khairat (Muhammadiyah maupun NU) berbondong-bondong mensyiarkan muktamar masing-masing organisasinya.
"Warga NU silakan berbondong-bondong ke Jombang. Mungkin sekaligus ziarah ke makam Gus Dur di Jombang rame-rame di Ponpes Tebu Ireng tempat pendiri NU hadratus syeikh KH Hasyim Asyari," tuturnya.
"Warga Muhammadiyah jangan mau kalah juga. Mari beramai-ramai ke Makassar. Seluruh warga Jatim beramai-ramai pesan tiket pesawat, kapal laut atau lomba naik perahu, untuk masing-masing mensyiarkan muktamar kita ini. Paling penting nanti apa hasilnya ini," tandasnya.
(roi/dha)