Kelompok-kelompok relawan Jokowi-JK yang tergabung dalam Sekretariat Bersama Partisipasi Indonesia mengadakan pertemuan di Perpustakaan Nasional, Salemba, Jakpus, Jumat (13/2/2015) sore. Ada sekitar 200 relawan yang merupakan perwakilan dari kelompok-kelompok relawan.
"Ada kekisruhan antara KPK-Polri, dan memunculkan tekanan yang cukup keras terhadap pemerintahan Jokowi. Ada manuver agresif juga dari KMP yang berpotensi mengganggu. Untuk itu pertemuan ini kita buat, konsolidasi pertama yang kita lakukan usai pelantikan. Ini untuk mengawal nawacita Jokowi-JK," ujar panitia acara panel Barus membuka acara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang kan Jokowi-JK itu hasil terbaik kita. Tapi hari ini Jokowi mengalami tantangan terberat, kekuatan internal, lawan politik dari serigala jadi domba, atau yang domba jadi serigala. Hari ini perubahan terancam mati muda. Terpilihnya Jokowi-JK bukan hanya figur presiden-wapres. Tapi juga harapan, cita-cita bagaimana negara ini dikelola kedepan," kata Budi kepada peserta forum.
Budi pun mengatakan bahwa pertemuan dilakukan untuk mengawal nawacita Jokowi-JK yang merupakan visi-misi keduanya saat pilpres lalu. "Kita nggak ingin pemimpin yang lahir dari rakyat memiliki agenda yang bukan rakyat," katanya.
Sementara itu Johanes Joko menyampaikan bahwa relawan masih memiliki tanggung jawab moral usai mengantar Jokowi-JK mencapai pucuk kepemimpinan NKRI. Johanes mengatakan ada kekhawatiran dari relawan bahwa pemerintahan Jokowi akan gagal jika terus mendapat tekanan.
"Kita berhutang kepada masyarakat karena kita yang menawarkan nawacita pak Jokowi. Tidak ada pilihan lain, mari kita kawal pak Jokowi, baik di dalam maupun luar istana. Mari kita duduk bersama, konsolidasi untuk mencari formula, bentuk, gimana dalam mengawal pak Jokowi karena beliau butuh kita. Sebagai mata, telinga, agar pak Jokowi bisa rasakan hembusan nafas rakyat, karena itu esensi yang ingin kita capai," tutur Johanes dalam kesempatan yang sama.
Ketua Seknas Jokowi M Yamin yang juga hadir dalam acara konsolidasi menyebutkan, kekhawatiran dari relawan muncul juga karena adanya beberapa anggota Kabinet Kerja yang tidak sesuai dengan nawacita Jokowi-JK. Kata Yamin, itu terlihat dari sikap dan kebijakan yang diambil oleh beberapa anggota kabinet kerja.
"Nawacita bisa terancam. Pemerintahan pak Jokowi digerogoti neoliberalisme, sementara Pak Jokowi perpanjangan merupakan rezim nasionalisme. Di kabinet kerja ada perpanjangan tangan orde baru, pak Jokowi juga dilawan di DPR, digerogoti oleh KMP. Kita relawan mengatakan berdiri di atas Pak Jokowi, mengawal nawacita. Kita akan kerja terus supaya pemerintahan ini tidak digerogoti," ucap Yamin.
Perwakilan relawan yang datang pada konsolidasi ini bukan hanya datang dari kaum muda. Terlihat berbagai kalangan, termasuk ibu-ibu berkumpul untuk melakukan konsolidasi. Hingga saat ini diskusi masih dilakukan.
(ear/bil)