"Kita akan ketemu dengan Gubernur. Saya kira, pertama kali harus kita lihat apakah sudah memadai ruang terbuka hijau. Berapa persen sebetulnya dari wilayah yang ada," kata Ferry dalam siaran pers yang diterima detikcom, Rabu (11/2/2015).
Yang harus dipikirkan juga, lanjut Ferry, air sepertinya sedang marah kepada masyarakat, karena tempat tinggalnya diambilalih semua. Sungai dibelokan, saluran tertutup, drainase diperkecil. "Masa ruang hidup saya nggak ada, maka saya ambil ruang hidup kalian. Begitu bahasa joke-nya," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Ferru, pada prinsipnya ketika RTH dan sistem serapan air ini harus dibangun dengan baik. Tentunya pembangunan ini dengan melibatkan kementerian terkait, seperti Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Misalnya, dengan bila membangun rumah tidak boleh semua dibeton halamannya atau tapi tetap menyisakan lahan untuk RTH, atau tanaman.
Jakarta sebagai Ibukota tentunya juga harus memiliki ruang terbuka hijau. Paling tidak diperlukan RTH sekitar 30 persen dari luas wilayah Jakarta. "Kalau nggak, akan seperti ini terus. Mau tak mau harus dibangun sebuah sistem yang mewajibkan semua bangunan itu bertanggungjawab terhadap saluran. Hari ini kan tidak," imbuhnya.
(mpr/ahy)