Korban Pengeroyokan Siswa SMA 3 Anak Pejabat TNI?

6 Siswa Diskorsing

Korban Pengeroyokan Siswa SMA 3 Anak Pejabat TNI?

- detikNews
Rabu, 11 Feb 2015 18:09 WIB
Jakarta - ‎E menjadi korban pengeroyokan 6 siswa SMA 3 Jakarta yang berujung pada skorsing para siswa tersebut. Disebut-sebut, E adalah anak dari pejabat TNI.

"Aduh saya nggak tahu kalau itu. Yang jelas, saya dengar memang katanya E anak petinggi TNI tapi saya juga nggak tahu, soalnya saya baru sebulan di sini," kata Kepala Sekolah SMA 3 Jakarta, Retno Listyarti, di kantornya, Jl Setiabudi II, Jakarta Selatan, Rabu (11/2/2015).

‎6 Siswa itu dilaporkan E ke pihak sekolah sebagai korban pengeroyokan. Pihak sekolah lalu menskorsing mereka, tapi tetap diperbolehkan ikut ujian nasional. Menurut Retno, skorsing itu sudah tepat berdasarkan petunjuk Gubernur DKI Basuki T Purnama yang tegas jika pelajar melakukan kekerasan maka harus dikeluarkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tapi saya terima saja karena itu tanggung jawab saya sebagai kepala sekolah. Ya pokoknya, apapun namanya, walau membela atau apapun itu, tindak pengeroyokan tidak dibenarkan," ujar Retno yang dikenal sebagai guru berani dan kritis ini.

Retno juga tak yakin dengan keterangan para siswa pelaku pengroyokan itu yang mengaku membela diri karena rekan mereka, seorang siswi, dilecehkan oleh E. CCTV yang merekam pengroyokan itu, menurut Retno, tak menunjukan adanya sosok perempuan.

"Mestinya segera diadukan dong, dan harusnya korban pelecehan seksual itu melaporkan E ke kantor polisi. Lagian di CCTV yang saya lihat, tidak ada tuh perempuan di situ," ucap Retno.

"Dan kami belum tahu apakah benar ada pelecehan seksual? ‎Ya pokoknya, harusnya mereka tinggal lapor ke sekolah kalau ada begini-beginian. Kalau misalnya mereka melakukan pengeroyokan, itu tidak dibenarkan apapun alasannya," tutup Retno.

Berdasarkan informasi yang dihimpun wartawan dari para siswa yang diskorsing hari Kamis (29/1), pengeroyokan itu terjadi pada Jumat (30/1) lalu ketika seorang siswa diberhentikan oleh seorang pria yang mengaku polisi bernama E (30). E mengaku polisi dan meminta seorang siswa untu menunjukkan surat-surat.

Siswa yang membawa kendaraan itu ragu E adalah polisi sungguhan karena tercium bau alkohol dari mulutnya, ditambah gestur tubuh E yang menunjukan tanda-tanda mabuk. Siswa itu lalu meminta E menunjukan kartu anggota Polri, namun malah bentakan yang didapatkan.

Siswa menyatakan, tak lama kemudian, sejumlah pelajar mendekat, salah seorang di antaranya perempuan. Tapi E malah mengelus dan mencium pipi seorang siswi.

E juga melontarkan kata-kata yang tak pantas. Ucapan E itu menguatkan kecurigaan yang bersangkutan polisi gadungan. Namun E malah menunjuk-nunjuk dan mengambil ancang-ancang seperti hendak memukul.

Karena ditunjuk dan terancam, para siswa itu kemudian membalas, terjadi pertikaian. Para siswa itu berencana melapor ke Polsek Setiabudi. Akan tetapi, seorang warga melarang mereka untuk melaporkan kejadian itu ke polisi karena E disebut sebagai warga setempat.

Para siswa ini mengira masalah telah selesai. Akan tetapi pada Senin (2/2), tiba-tiba pihak sekolah tidak mengizinkan mereka mengikuti ujian praktik nasional karena menerima laporan dari E yang mengaku jadi korban pengeroyokan.

Usut punya usut, E ternyata adalah alumni SMAN 3 Setiabudi angkatan tahun 2000. Tempat tinggal E juga tak jauh dari sekolah.


(vid/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads