Cerita ini disampaikan oleh Ki Roni Sodewo, Abdul Wafa, Damon Yusuf Martadiredja dan Pancawati Dewi. Keempatnya merupakan generasi ketujuh dan kedelapan dari Pangeran Diponegoro.
"Saya pernah melihat tombak Kiai Singkir milik mbah buyut saya. Tombak itu dikeluarkan pas jemur padi gabah. Kalau ada mendung mau hujan, tombak itu ditancapkan lalu hilang mendungnya," kata Ki Roni saat berbincang dengan detikcom di area pemakaman Pangeran Djunet Dipolinggo, anak pangeran Diponegoro, di kawasan Ciapus, Bogor, Jabar, pekan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada juga eyang kami yang bisa menguasai ilmu horoskop Jawa," imbuhnya.
Selain karomah, pusaka juga diwariskan oleh para sesepuh hingga generasi terkini. Sebagian besar, pusaka itu berbentuk keris.
"Kebanyakan Keris. Di tempat kami ada. Tapi saya tidak bisa memastikan apakah keris ini dari Pangeran Diponegoro atau keturunan lainnya," terang Roni kembali menimpali.
Keris-keris itu kini dirawat dan diwariskan turun temurun. Mereka kadang mengeluarkannya bila ada acara-acara tertentu.
Di balik semua kisah tentang pusaka dan kesaktian, keluarga memiliki 'warisan' yang lebih penting dari para leluhur, yakni cara hidup sederhana, jujur, tegas dan berani serta bijaksana.
"Jadi Diponegoro itu tidak meninggalkan warisan apa-apa selain ilmu," terangnya.
(mad/nwk)