Para petani ini datang ke Gedung KPK, Jl Rasuna Said, Jakarta Selatan, sejak Sabtu (7/2/2015) menggunakan 3 bus. Dengan mengambil tema 'Gerhana KPK', para petani dari Omah Tani Batang ini menginap dan hari ini, Minggu (8/2) akhirnya pulang ke kampung halamannya.
"Kami ambil tema Gerhana KPK. Kan kalau orang Jawa tiap tahun jika terjadi gerhana masyarakat selalu membuat keriuhan. Jika saat gerhana masyarakatnya diam saja, dipercayai raksasa akan menelan bulan selama-lamanya. Sekarang ini di KPK sedang terjadi gerhana. Kalau kita diam saja maka usaha pemberantasan korupsi akan tenggelam dan kita membiarkan para koruptor berpesta di atas penderitaan rakyat," kata Koordinator Divisi Hukum Omah Tani Batang, Handoko Wibowo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"BW sering jadi kuasa hukum kita. Sekarang ada kriminalisasi kami dukung mereka," sambung Handoko.
Sebelum meninggalkan Gedung KPK, para petani ini memasang spanduk hasil lukisan mereka di gedung. Spanduk itu memperlihatkan buaya yang menggigit cicak dan pihak yang tertawa karena melihat buaya serta cicak itu berkelahi sendiri.
Para petani lalu berfoto bersama dan berjanji untuk tetap mengawal kasus ini. Mereka kemudian meninggalkan gedung sekitar pukul 08.30 WIB.
"Kita akan tetap pantau lewat media. Hidup KPK!" kata salah seorang orator.
Semalam, para petani ini menggelar ruwatan sambil membakar kemenyan. Mereka kemudian ditemui oleh Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto dan Deputi Pencegahan Johan Budi. BW pun mengapresiasi dan menyampaikan terima kasihnya pada petani.
Para petani kemudian bermalam dan berencana menggelar aksi serupa di Car free day Bundaran HI pada hari ini, Minggu (8/2). Namun karena cuaca hujan, aksi tetap dilakukan di Gedung KPK.
Pentas seni berupa Tari Topeng Ireng ditampilkan oleh 8 orang dan diiringi dengan musik tradisional. Mereka juga membatik di kain sepanjang 2 meter dengan ucapan dukungan untuk KPK dan tokoh pewayangan.
(imk/kha)