Dalam pernyataan yang dirilis pihak keluarga Mueller, seperti dilansir Reuters, Sabtu (7/2/2015), kedua orangtua Mueller, Carl dan Marsha yang berasal dari Arizona meminta ISIS untuk menghubungi mereka secara pribadi.
"Kalian memberi tahu kami bahwa kalian memperlakukan Kayla sebagai tamu kalian, sebagai tamu, keselamatan dan kesejahteraannya menjadi tanggung jawab kalian," demikian pesan kedua orangtua Mueller yang ditujukan langsung kepada ISIS, yang disebut mereka sebagai 'pihak yang bertanggung jawab menyandera Kayla' di Suriah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pernyataan keluarga, Mueller diculik pada Agustus 2013 lalu saat berada di kota Aleppo, Suriah. Mueller diculik ketika dalam perjalanan ke sebuah terminal bus di Aleppo, untuk melanjutkan perjalanan ke Turki.
"Selama saya masih hidup, saya tidak akan membiarkan penderitaan ini menjadi hal yang normal - hal yang kita terima begitu saya," ucap Mueller (26) kepada media lokal AS, The Daily Courier dalam wawancara tahun 2013 lalu.
"Ketika warga Suriah mengetahui saya warga Amerika, mereka bertanya, 'Ke mana dunia?' Saya hanya bisa menangis bersama mereka, karena saya tidak tahu," imbuhnya.
Mueller merupakan sandera AS terbaru yang diungkapkan ISIS ke publik. Sebelumnya, ISIS telah memenggal tiga sandera AS lainnya, yakni wartawan James Foley dan Steven Sotloff serta pekerja kemanusiaan Peter Kassig. Selain itu, ISIS juga telah memenggal dua sandera Inggris, pekerja kemanusiaan David Haines dan Alan Henning, dan juga dua sandera Jepang, wartawan perang Kenji Goto dan rekannya Haruna Yukawa.
Dalam keterangan terpisah, wartawan Prancis Nicolas Henin yang juga pernah disandera ISIS di Suriah namun berhasil bebas pada April 2014 mengaku mengetahui Mueller. "Kayla Mueller berada di antara rekan satu sel saya yang masih ditahan. Saya berharap penuh agar dia bisa selamat," ucap Henin via akun Twitter-nya.
ISIS mengklaim Mueller telah tewas dalam serangan udara di Suriah, pada Kamis (5/2) lalu. ISIS menyebut jasad Mueller terkubur di bawah reruntuhan gedung yang hancur akibat serangan udara jet tempur Yordania. Namun karena klaim ISIS tidak disertai foto maupun bukti yang menguatkan, otoritas AS dan Yordania meragukannya.
(nvc/gah)