Para pelajar itu adalah HJP (16), PRA (17), AEM (17), MRP (17) dan PC (17). Mereka diskors oleh pihak sekolah untuk mempertanggungjawabkan tindakan mereka.
Namun berdasarkan informasi yang dihimpun, Kamis (5/2/2015), pengeroyokan itu terjadi pada Jumat (30/1) lalu ketika seorang siswa diberhentikan oleh seorang pria yang mengaku polisi bernama E (30). E mengaku polisi dan meminta seorang siswa untu menunjukkan surat-surat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama kemudian, melihat kejadian itu, sejumlah pelajar mendekat, salah seorang diantaranya perempuan. Tapi kurang ajarnya, E malah mengelus dan mencium pipi seorang siswi.
E juga melontarkan kata-kata yang tak pantas. Ucapan E itu menguatkan kecurigaan yang bersangkutan polisi gadungan. Namun E malah menunjuk-nunjuk dan mengambil ancang-ancang seperti hendak memukul.
Karena ditunjuk dan terancam, para siswa itu kemudian membalas, terjadi pertikaian. Para siswa itu berencana melapor ke Polsek Setiabudi. Akan tetapi, seorang warga melarang mereka untuk melaporkan kejadian itu ke polisi karena E disebut sebagai warga setempat.
Para siswa ini mengira masalah telah selesai. Akan tetapi pada Senin (2/2) kemarin, tiba-tiba pihak sekolah tidak mengizinkan mereka mengikuti ujian praktik nasional karena menerima laporan dari E yang mengaku jadi korban pengeroyokan.
Usut punya usut, E ternyata adalah alumni SMAN 3 Setiabudi angkatan tahun 2000. Tempat tinggal E juga tak jauh dari sekolah.
(rni/vid)