Masyarakat Arkeologi Indonesia (MARI) pun kembali melakukan ekspedisi arkeologi publik di Situs Batu Naga di Dusun Banjaran Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana Kabupaten Kuningan Jawa Barat pada 23-25 Januari.
Menurut Ketua MARI yang juga Arkeolog UI Ali Akbar, jalur yang dilalui untuk menuju Situs Batu Naga yang terletak di puncak Gunung Tilu relatif sulit untuk ditempuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, survei permukaan yang dilakukan sepanjang perjalanan menemukan boingkahan-bongkahan batu mulai di ketinggian 900 meter. Namun batu-batu yang tersusun seperti struktur mulai terdapat di ketinggian 1150 meter.
"Di puncak gunung terdapat dua batu tegak atau menhir yang salah satunya terdapat relief naga. Menhir merupakan ciri khas peninggalan megalitik dari periode prasejarah. Berdasarkan hasil survei ini, maka terdapat kemungkinan dua batu tegak tersebut merupakan puncak dari suatu struktur besar. Struktur besar tersebut memiliki ketinggian minimal 150 meter," urai dia.
Menurut Ali, penemuan ini tergolong mencengangkan karena pada penelitian sebelumnya, di puncak gunung diperkirakan hanya terdapat 2 batu tegak itu saja.
"Susunan atau struktur batu yang ditemukan selama jalur pendakian diduga mengelilingi gunung. Jika itu terbukti, maka Situs Batu Naga kemungkinan merupakan bangunan monumental dengan puncak yang dihiasi relief naga," jelas dia.
Berdasarkan penelitian pada awal tahun 2013 yang dilakukan MARI di situs Batu Naga terdapat dua batu tegak atau menhir yang permukaannya dipahat dengan motif naga. Batu yang pertama terdapat goresan yang sepertinya menggambarkan profil kepala naga. Sementara itu batu yang kedua di seluruh permukaan batunya terdapat relief.
(ndr/mad)