Awalnya Ganjar mendapati internet mati sehingga Jembatan Timbang Klepu Kabupaten Semarang harus ditutup. Setelah Ganjar menelepon pihak yang mengurus IT, teknisi datang dan internet kembali tersambung.
Setelah itu aktivitas di Jembatan Timbang kembali dibuka dan truk-truk mulai masuk dan dicatat bebannya. Saat memantau itulah Ganjar hanya mendapati satu truk yang menaati aturan muatan dari puluhan truk yang melintas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan dari pantauannya, ada truk kontainer dengan ketentuan muatan 21 ton namun muatannya berlebih hingga 51 ton. Padahal sudah ada ketentuan berat muatan yang tertempel di bak truk pasir berwarna hijau itu.
"Ketentuan 20.990 kg ini 51 ton. Kir sudah ditentukan lho. Remuk iki dalane," jelas Ganjar sambil memotret truk menggunakan smartphone-nya.
Selain itu Ganjar juga mendapati modus agar truk bermuatan berlebih bisa lolos dari tilangan di jembatan timbang. Yaitu dengan konvoi dan membuat antrean memanjang melebihi ketentuan antrean 300 meter sehingga mereka diperbolehkan melintas.
"Mereka konvoi, bikin antrean terus bisa lolos. Lho itu lolos," tegasnya.
Bahkan ada kernet truk yang langsung menghampiri Gajar dan meminta izin melintas karena sopir harus segera dibawa ke puskesmas karena sakit.
"Ya itu, alasannya ada macam-macam begitu," katanya.
Salah satu sopir truk pasir yang terkena tilang, Ruyanto beralasan muatan pasirnya semakin berat karena ditambah air hujan. Apapun alasannya, Ruyanto tetap ditilang.
"Kalo hujan sudah pasti tambah berat, pak," ujar Ruyanto singkat.
(alg/try)