Gerakan 'Jangan Beli Primata' ini diikuti sedikitnya 20 orang aktivis Protection of Forest & Fauna (PROFAUNA), Komunitas Gerbong Bawah Tanah, serta dua seniman yaitu Rahmat Jabaril dan Wanggi. Aksi tersebut menyambut peringatan Hari Primata Indonesia setiap 30 Januari.
"Kegiatan ini merupakan simbolik sekaligus mengingatkan kepada masyarakat untuk peduli primata. Primata itu dilindungi. Jual beli primata ialah kegiatan kejam, eksploitatif dan mengancam kelestarian satwa," ujar Advisory Board PROFAUNA Indonesia Herlina Agustin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peringatan Hari Primata Indonesia ke-2 ini, sambung Herlina, diharapkan kelak bisa menjadi pergerakan besar yang diperingati secara sukarela oleh masyarakat. "Kami ingin mengingatkan kewajiban manusia untuk menjaga kelestarian alam, termasuk satwa liar. Maka itu tema perayaan tahun ini 'Jangan Beli Primata'," tutur Herlina.
Seniman pantomim Wanggi, menggambarkan mimik kesedihan dan amarah sewaktu memeluk dan menggendong badut orangutan yang kemudian mati. Rahmat Jabaril nampak serius melukis seekor orangutan. Performance art tersebut menjadi sorotan sejumlah warga yang hendak masuk mal BIP. Massa aksi menenteng poster berisi tulisan 'Selamatkan Primata', 'Stop Perdagangan Primata' dan 'Jangan Beli Primata'.
(bbn/ern)