"Tak terlalu penting lagi apakah tim ini bersifat formal atau informal. Kami menyadari bahwa upaya Presiden untuk mendapatkan masukan dari kami, yang oleh pers disebut sebagai Tim Independen, telah menuai reaksi dari beberapa kalangan," tutur Imam dalam pernyataan tertulis yang diterima detikcom, Kamis (29/1/2015).
Pertemuan dengan orang nomor satu di Indonesia itu berlangsung kemarin (28/1) jelang siang. Selepas Presiden Jokowi ditemui oleh Dewan Pertimbangan Presiden yang kebetulan jumlahnya pun ada 9 orang, sejumlah dengan tim independen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya terpikir, kehadiran Wantimpres ini jelas merupakan jawaban Presiden Jokowi terhadap pihak yang mengkritik mengapa Presiden Jokowi terkesan mengedepankan Tim Independen daripada Wantimpres dalam mencari solusi," kata Imam Prasodjo.
Imam tak mempermasalahkan hal itu. Tujuan dia datang bersama tokoh senior lain adalah untuk memberikan masukan dari hasil diskusi selama dua hari. Diskusi pun diawali dengan pengantar dari Sang Presiden.
"Dia tampak mencoba relax walau pun saya melihat dari raut mukanya ada ketegangan yang tersembunyi dalam pertemuan ini," imbuh Imam.
Akhirnya substansi diskusi dibuka oleh Buya Syafi'i Ma'arif dengan memaparkan hasil diskusi. Setelah pengantar dari Buya, yang lain ikut menambahkan dan dialog berlangsung hangat karena semua memberi masukan.
Tanpa terasa pertemuan berlangsung selama satu jam sejak pukul 11.30 WIB. Presiden Jokowi di mata Imam Prasodjo seakan tertarik dengan semua poin-poin masukan tim independen.
"Saya melihat beberapa kali Presiden meminta Mensegneg Pratikno untuk mencatat poin-poin yang kami kemukakan. Ini pertanda Presiden Jokowi tertarik dengan beberapa poin yang melintas dalam pembicaraan," ungkap Imam.
"Mungkin Presiden membutuhkan perenungan lagi. Tapi yang jelas semua pilihan memang bukan hal mudah. Semua memiliki potensi dampak, baik hukum, politik, moral atau etika," lanjut dia.
(bpn/ndr)