Keberadaan polisi cepek alias Pak Ogah di kawasan Jakarta Selatan sudah bukan hal istimewa lagi. Hampir di setiap jalanan di Jakarta mereka sering ditemukan. Sudah tak terhitung berapa kali polisi melakukan razia dan menangkap mereka. Namun makin hari bukannya makin berkurang, para pemburu kepingan uang tersebut βmalah semakin menjamur.
September 2014 lalu, belasan anak muda jalanan diamankan petugas dari Mapolsek Tebet. Beberapa di antaranya adalah tidak memiliki identitas yang jelas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama tahun 2014 hingga bulan Januari 2015, Sudin Sosial Jaksel telah menerima beberapa orang polisi cepek yang berkeliaran di kawasan tersebut. Umumnya mereka adalah pria muda berbadan sehat.
"Kebanyakan berumur di atas 17 tahun ya, kemarin kita juga sudah terima 2 sampai 3 orang dari hasil razia. Dengan kondisi badan yang masih tegap seperti itu, mereka bisa saja melakukan pekerjaan yang lebih baik dari sekadar menjadi polisi cepek," jelasnya.
April mencontohkan, para anak muda ini bisa bekerja sebagai buruh cuci motor. Namun, mental mereka yang ingin mendapatkan uang dengan mudah, serta gengsi melakukan pekerjaan berat membuat mereka memilih untuk menjadi polisi cepek karena gampang dan tidak menguras banyak tenaga.
"Mental mereka sendiri sebenarnya yang menjadi problem. Mereka bisa saja kerja jadi buruh cuci motor misalnya, tapi karena mereka bisa saja gengsi, atau malu, akhirnya mereka tidak mau, dan memilih menjadi polisi cepek," kata April.
"Ini kan sebenarnya (pekerjaan polisi cepek) tidak beda jauh dengan pengemis. Dengan kondisi badan yang sehat, kenapa tidak melakukan pekerjaan lain yang lebih baik," lanjutnya.
Sehingga bagi para polisi cepek yang telah diamankan Sudinsos, akan diberikan rehabilitasi sosial, yaitu pelayanan sosial di dalam maupun di luar panti. "Nanti mereka akan diberikan kegiatan, sebagai bentuk edukasi bagi anak muda ini supaya dapat mencari pekerjaan yang jauh lebih baik dari sekadar menjadi polisi cepek," tutupnya.
(rni/aan)