Mengenang 1 Bulan AirAsia QZ8501 Jatuh di Laut Jawa

Mengenang 1 Bulan AirAsia QZ8501 Jatuh di Laut Jawa

- detikNews
Rabu, 28 Jan 2015 06:55 WIB
Ekor AirAsia QZ8501 ditemukan (Angling/detikcom)
Jakarta - Pagi ini, tepat sebulan lalu, Indonesia dihenyakkan dengan kabar: AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura hilang kontak. Kabar itu tersiar sekitar pukul 09.00 WIB dan langsung terkonfirmasi. Hari-hari berikutnya diwarnai duka, harapan dan kerja keras.

Pesawat bernomor registrasi PK-AXC berjenis Boeing Airbus 320-200 itu membawa 162 orang yang terdiri dari 137 orang dewasa, 17 anak-anak dan 1 bayi plus pilot, kopilot, 4 awak kabin dan seorang teknisi. 7 Di antara 162 orang di pesawat itu adalah WNA.

Sang bos maskapai, Tony Fernandes langsung bereaksi merespons situasi krisis ini. Sejak hari pertama, 28 Desember 2014, Tony langsung mencuit via Twitter, seperti ciri khas AirAsia selama ini yang sangat memanfaatkan teknologi dan sosial media untuk terhubung dengan pelanggannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"We will be putting out another statement soon. Thank you for all your thoughts and prays.we must stay strong," demikian cuitan pertama Tony.

Suasana krisis ini juga membuat pemerintah bertindak sigap. Presiden Jokowi langsung menunjuk Wapres Jusuf Kalla untuk memimpin operasi pencarian dan penyelamatan (Search and Rescue/SAR) dengan posko utama di kantor pusat Basarnas, Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat.

"Presiden juga perintahkan agar laksanakan secepat-cepatnya," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) di Kantor Basarnas, Jl Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Minggu (28/12/2014).

Negara-negara sahabat juga langsung bereaksi menawarkan bantuan mencari AirAsia, seperti reaksi cepat negara sahabat Malaysia, Australia dan Singapura. Deretan negara sahabat yang membantu operasi SAR ini bertambah seperti China, Korea Selatan, Jepang, Rusia hingga Amerika Serikat.

Crisis Center untuk keluarga langsung dibentuk di Bandara Juanda Surabaya, karena mayoritas penumpang pesawat nahas itu, 81 orang, berasal dari Surabaya. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini tak kalah gesit, dia langsung menyambangi crisis center di Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur pada Minggu sore itu. Berbaju cokelat kekuningan, dia pun langsung menghampiri para keluarga penumpang pesawat AirAsia QZ8501.

"Sabar ya, Pak, Bu. Kami akan membantu semaksimal mungkin. Mari kita berdoa bersama," tutur Risma bernada lirih kepada para keluarga yang menunggu di crisis center, Minggu (28/12/2014).

Selanjutnya Risma langsung mendata warganya yang menjadi korban dan menelepon kepala daerah lain di mana warganya menjadi korban. Bahkan ada satu hari Risma yang saking sibuknya mengurusi keluarga korban, sempat pingsan.

Operasi SAR di bawah pimpinan Wapres JK mengerahkan unsur Basarnas dan TNI yang di-BKO (Bawah Kendali Operasi)-kan bekerja bahu-membahu untuk menyisir lokasi, baik di darat maupun di air. Belasan kapal, pesawat dikerahkan.

Kesaksian dua nelayan, Rahmat (44) dan Hartono (36) tak bisa diremehkan. Kesaksian mereka menjadi panduan operasi tim SAR. Rahmat adalah nelayan yang melaut di sekitar Pulau Senggaro, yang mendengar suara dentuman, kemudian melihat kabut, padahal biasanya tak pernah ada selain musim kemarau. Keterangan Rahmat jadi petunjuk penting tim Basarnas untuk menemukan serpihan dan jenazah.

Kepala Basarnas Marsdya TNI F Henry Bambang Sulistyo mengatakan, area pencarian diperluas, dari kemarin berjumlah 7 sektor, menjadi 13 sektor. Area itu meliputi lautan dan daratan Kalimantan. Luasnya mencapai 156 ribu kilometer persegi.

Titik terang mulai terkuak pada Selasa, 30 Desember 2014, siang, di mana serpihan-serpihan pesawat mulai terlihat. Termasuk beberapa jasad penumpang yang mengapung-apung di lautan.

Basarnas segera membentuk posko taktis segera dibentuk di Pangkalan Bun, Kotawaringin, Kalimantan Tengah dan posko untuk identifikasi jenazah di RS Bhayangkara, Polda Jatim, Surabaya. Satu per satu jasad penumpang dievakuasi oleh kapal-kapal yang terlibat, kemudian diserahkan ke KRI Banda Aceh sebagai pusat komando SAR di laut, dibawa helikopter ke Pangkalan Bun, kemudian dibawa oleh pesawat Hercules ke Surabaya untuk diidentifikasi tim Disaster Victim Identification (DVI).

Fokus kemudian mencari bagian ekor AirAsia di mana terdapat kotak hitam yang bisa menguak penyebab kecelakaan ini. Lokasi ekor pesawat ditemukan pada Rabu, 7 Januari 2015 dan berhasil diangkat dan ditarik ke Pangkalan Bun oleh kapal Crest Onyx pada Senin, 12 Januari 2015.

Salah satu kotak hitam, Flight Data Recorder (FDR) ditemukan dan diangkat pada Senin, 12 Januari 2015 dan dibawa ke kantor KNKT malam itu juga. Cockpit Voice Recorder (CVR) kemudian ditemukan tertindih sayap pesawat dan berhasil diangkat dan dibawa ke kantor KNKT pada Selasa, 13 Januari 2015.

Keesokan harinya, foto-foto bodi utama pesawat AirAsia didapatkan Remote Operated Vehicle (ROV) yang diturunkan kapal MV Swift Rescue, kapal milik AL Singapura. Foto-foto yang ditampilkan termasuk sayap bertuliskan nomor registrasi pesawat PK-AXC, bagian tagline AirAsia 'Now Everyone Can Fly'. Foto-foto bodi pesawat ini diunggah oleh Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen pada Rabu, 14 Januari 2015 pukul 17.00 WIB.

Penyelam TNI AL bisa mencapai bodi utama pesawat pada Kamis, 22 Januari 2015. Ternyata di dalam bodi pesawat itu didapatkan beberapa jenazah yang kemudian dievakuasi. Kemudian, tim SAR sempat berusaha mengangkat bodi pesawat itu dengan balon apung namun beberapa kali gagal.

Hingga pada Selasa, 27 Januari 2015 kemarin, Panglima TNI Jenderal Moeldoko memerintahkan untuk menarik semua personel dan armada operasi SAR. KRI Banda Aceh akan bertolak menuju Jakarta sekitar pukul 14.00 WIB. Butuh waktu 24-26 jam untuk perjalanan Selat Karimata-Jakarta. Tak hanya KRI Banda Aceh, namun juga KRI Yos Sudarso, KN Pacitan, β€Ždan kapal Crest Onyx juga ditarik kembali ke pangkalan masing-masing.

Panglima Armada RI Kawasan Barat yang juga selaku Dansatgas SAR TNI Laksda Widodo menyampaikan permohonan maaf.

"Selaku Dansatgas SAR TNI, kami menyampaikan kepada keluarga korban, mohon maaf sedalam-dalamnya," ujar Widodo kepada wartawan di KRI Banda Aceh, Selasa (27/1/2015).

Keluarga korban berterima kasih pada tim SAR, namun tetap berharap, agar pencarian dan evakuasi terus dilakukan.

"Dari keluarga mengucapkan terima kasih kepada pihak rescue. Tapi bagi kami ini, kita tetap menginginkan keluarga kita bisa ditemukan," ujar Dariyanto kepada wartawan di Crisis Center di Mapolda Jatim, Jalan A Yani, Surabaya, Selasa (27/1/2015).

(nwk/bar)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads