Kekerasan yang terjadi di Ukraina timur beberapa hari terakhir ini adalah yang terparah sejak gencatan senjata disepakati pada September 2014 lalu. Pemerintah Ukraina dan negara-negara Barat pun menuding Rusia terang-terangan mendukung serangan-serangan terbaru separatis ini dengan dana, senjata dan pasukan darat.
Juru bicara militer Ukraina, Vladislav Seleznyov mengatakan seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (27/1/2015), selain menewaskan 9 tentara, 29 personel militer juga terluka dalam kontak senjata tersebut. Ditambahkannya, pertempuran paling sengit terjadi di dekat kota strategis Debaltseve, bagian timur laut kota Donetsk yang dikuasai pemberontak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara di ibukota Kiev, parlemen Ukraina akan menggelar sidang darurat untuk melakukan voting atas statemen yang menyebut Rusia negara agresor. Belum jelas implikasi apa yang akan ditimbulkan dari deklarasi seperti itu.
Sebelumnya pada akhir pekan lalu, para pemberontak pro-Rusia melancarkan serangan roket ke kota pelabuhan Mariupol yang menewaskan puluhan orang. Menurut Dubes Amerika Serikat untuk PBB Samantha Power, serangan itu menunjukkan bahwa tujuan Moskow adalah untuk menambah wilayah Ukraina yang dikuasainya, setelah mencaplok wilayah Crimea pada Maret 2014 lalu.
(ita/ita)