"Saya pikir 'Ah, akhirnya terjadi juga' dan saya dipenuhi dengan penyesalan," tutur Shoichi Yukawa beberapa saat setelah video ISIS yang menunjukkan foto jasad anaknya beredar luas di internet, seperti dilansir AFP, Senin (26/1/2015).
"Pikiran saya tiba-tiba kosong, saya hanya merasa menyesal... Tidak ada kata yang ingin saya ucapkan," sebut pria berusia 74 tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketika batas waktu 72 jam berlalu pada Jumat (23/1), pemerintah Jepang yang tidak mendapat kabar terbaru soal dua warganya, masih terus berupaya untuk menyelamatkan mereka. Pada Sabtu (24/1) malam, muncul video berdurasi 3 menit, yang menampilkan Goto yang masih hidup, tengah memegang sebuah foto jasad Yukawa yang telah dipenggal.
Shoichi berulang kali meminta maaf kepada Goto dan keluarganya. Goto yang seorang wartawan perang, diketahui pergi ke Suriah untuk mencari dan menyelamatkan Yukawa yang terlebih dahulu diculik.
"Kami benar-benar meminta maaf karena menyebabkan masalah (bagi publik dan juga bagi Goto). Kami sangat bersyukur bahwa pemerintah dan pihak lainnya mengerahkan upaya terbaik mereka," ucapnya.
Menurut Shoichi, putranya banyak bercerita soal Goto yang dianggapnya sebagai kakak. Yukawa dan Goto bertemu pada April 2014 lalu di Suriah dan kemudian pergi bersama ke Irak pada Juni 2014.
"Putra saya memberi tahu saya sepanjang waktu bahwa dia (Goto-red) sangat tulus, berani dan baik. Saya merasa sangat menyakitkan bahwa Goto khawatir soal Haruna, dia pergi ke sana dan mempertaruhkan nyawanya sendiri dan kemudian malah diculik dan diancam seperti ini," ujarnya.
"Saya berharap hal seperti ini tidak terjadi, tapi akhirnya memang terjadi. Jika saya bisa melihatnya (Yukawa-red) lagi, saya akan memeluknya sekuat tenaga," tandas Shoichi.
(nvc/ita)